Cerita Kisah Kyai Pamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: NYARIS MATI DALAM CENGKRAMAN GAIB

Kisah Kyai Pamungkas:

NYARIS MATI DALAM CENGKRAMAN GAIB

 

KETIKA KESADARANKU PULIH DARI SAKIT PANAS YANG BERKEPANJANGAN, AKU MERASAKAN DI SETIAP PERGELANGAN TANGAN DAN KAKIKU, MELINGKAR GELANG DARI TALI IJUK. KATA JURU PENYEMBUH KAMPUNG, ITU ADALAH SARANA PENANGKAL JIN DAN SETAN YANG MENGGANGGU KEHIDUPANKU….

 

HAMPIR dua bulan aku menderita sakit dalam ketidaksadaran sehingga pada saat aku mendapat kesembuhan, nyawaku disebutnya sebagai lolos dari saringan. Ini adalah salah satu dari pengalaman yang tak pernah bisa aku lupakan.

 

Kehidupan masa kecilku memang penuh liku. Sebagai anak kampung, lingkungan bermainku jauh berbeda dengan anak-anak perkotaan. Apalagi saat itu, situasi benar-benar masih belum terjangkau oleh mainan-mainan modern seperti saat sekarang. Kalaupun itu di perkotaan. Apalagi di kampung-kampung.

 

Kegiatan keseharianku di luar jam sekolah adalah main apa saja untuk mengisi waktu luang. Karena sebagai anak kampung tak ada aturan yang mengharuskan anak tidur siang atau belajar seusia sekolah. Bahkan mainpun tidak ada keharusan pulang dulu ke rumah untuk makan siang dan ganti baju.

 

Baju sekolah, baju main dan yang mungkin juga merangkap baju tidur, bagi anak kampung sepertiku tak ada bedanya. Sekarang pun hal seperti yang aku katakan masih mudah ditemukan di desa-desa atau kampung-kampung yang penduduknya biasa hdiup bersahaja bukan karena tingkat kemampuan ekonominya, namun lebih dikarenakan pada pola piker mereka yang sederhana.

 

Kebersahajaan dan kesederhanaan pola pikir yang demikian sebenarnya merupakan modal dasar yang bagus untuk dipadu dengan pola pikir saat ini bagi perkembangan kehidupan anak-anak jaman sekarang demi menghindari gaya hidup konsumtif yang berlebihan, agar tidak menimbulkan dampak negatif yang dapat merugikan orang lain.

 

Hari itu, hari Jum’at. Hari yang oleh umat islam memiliki nilai keistimewaan tersendiri. Bahkan ada sebagian orang yang karena benar-benar mengistimewakannya, menjadikan hari Jum’at sebagai hari libur dari pekerjaan, seperti halnya hari Minggu yang sudah menjadi hari libur resmi di seluruh dunia. Hari ini merupakan istirahat bagi proses penciptaan alam semesta menurut kisah Al Kitab.

 

Sepulang dari sekolah, di siang hari Jum’at itu, aku langsung pergi ke sawah mencari belut dengan alat pancing belut yang sudah aku siapkan dari rumah, dan sengaja aku membawanya ke sekolah.

Tali pancing belutku terbuat dari pilinan serat kulit kayu waru yang ulet. Dipilin menjadi tambang kecil. Di salah satu ujungnya aku pasang kail dari kawat baja kecil yang kuat dan diruncingkan, agar pada saat masuk mulut belut dan disentak, ujung kawat akan menusuk dan mengkait.

 

Sebagai umpannya, aku gunakan katak kecil (kecebong) yang mudah sekali didapat di pinggir-pinggir pematang sawah. Katak kecil ditusukan pada kait ujung pancing dan diikat kakinya agar tidak lepas. Kemudian dimasukan kedalam lubang yang ditengarai ada belutnya, dipinggir pematang sawah. Kadang ada pula yang teryata di dalamnya berisi ular, yang menurut kisah, sedang mencari pasangan belut untuk kawin.

 

Saat itu, aku sendirian. Tidak memperhatikan bawah saat itu sudah masuk waktu Dzuhur. Di sawah di sekitar tempat aku mencari belut, sejauh mata memandang, tidak kelihatan lagi ada orang bekerja menyiang padi atau membenahi pematang sawah yang rusak.

 

Tetapi aku tidak menghiraukannya. Aku tetap mencari belut dengan berpindah-pindah tempat tanpa mengenal lelah dan waktu, karena masih tetap belum diperoleh satu belutpun.

 

Sehingga, tanpa aku sadari, tempat pencarianku sudah sampai di pinggir pematang sawah yang berbatasan dengan kuburan. Aku sentakan, aku tarik keluar dan aku putar-putar agar belut yang terasa berat karena besarnya tidak lepas. Kemudian aku lemparkan ke arah daratan yang ternyata jatuh di atas sebuah kuburan. Kuinjak-injak belut itu agar lemas dan mudah dipegang. Setelah itu, aku pulang dengan hasil satu belut yang cukup memuaskan karena besarnya.

Sesampai di rumah aku langsung memotongnya, membuang isi perutnya, membersihkan dan memasaknya untuk lauk makan siang.

 

Hari itu, sesudah makan dengan lauk belut hasil memancingku, aku masih biasa saja dan main dengan teman-teman sebaya. Namun, entah apa yang terjadi sorenya, dan entah pula pada malam harinya, sebab ketika itu aku sudah dalam keadaan tidak sadar. Sakit panas mendadak, menceracau dan tidak sembuh-sembuh, bahkan sampai berhari-hari lamanya.

Orang tuaku yang bingung juga sudah membawaku ke mantra, bahkan dokter. Kemudian juga ke juru penyembuh kampung yang biasa disebut dukun. Tetap saja kesembuhan itu belum mau menyentuhku. Disebutkan pula bahwa aku kerasukan setan kuburan tempat dimana aku menginjak-injak belut yang aku lemparkan dan jatuh di atasnya. Konon, makluk itu tidak menerima perlakuanku yang telah menginjak-injak kuburnya yang tidak aku sengaja. Karena itulah setan penunggunya, atau apapun namanya, melakukan pembalasan.

 

Sakitku tak tanggung-tanggung, sampai hampir dua bulan. Ya, aku tersiksa oleh penyakit panasku dalam keadaan tidak sadar. Ketika kesadaranku pulih dan sakit panas yang berkepanjangan (para tetangga menyebutnya kesurupan karena selalu menceracau), aku merasakan di setiap perpegelangan tangan dan kakiku melingkar gelang dari tali ijuk. Kata dukun kampung, itu adalah sarana penangkal jin dan setan yang mengganggu kehidupanku.

Hampir dua bulan aku menderita sakit dalam ketidaksadaran sehingga pada saat aku mendapat kesembuhan, nyawaku disebutnya sebagai lolos dari saringan. Aku menderita kelemahan fisik. Tidak mampu berjalan. Makanpun harus disuapi, padahal saat itu umurku sudah pada tataran kelas empat sekolah dasar.

 

Kemanapun pergi, aku dalam gendongan ayah, dengan gelang tali ijuk masih tetap berada di setiap pergelangan tangan dan kakiku yang selalu terasa menggelitik.

 

Apa yang terjadi dan menimpa diriku sejak sore hari Jum’at naas, ketika aku memakan belut sampai pada kesembuhanku, diceritakan kembali oleh ayah ketika aku sudah dianggap sembuh benar. Aku merasa beruntung sebab sudah terselamatkan. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: Anton, Penghisap Darah dari Bangka

adminruqyah

Kisah Kyai Pamungkas: ISTANA LELEMBUT CILANDAK

adminruqyah

Kisah Misteri: NYARIS DIAMBIL MANTU PENGUASA GAIB BELANTARA RIAU

adminruqyah
error: Content is protected !!