Kisah Kyai Pamungkas:
POHON PERTAPAAN PARA PEJABAT
Ponon Pole diyakini sebagai pohon sakti kiriman dari Alam Nirwana. Kulit pohon ini dapat menyembuhkan ragam penyakit berat. Bahkan pohon ini juga sering dijadikan tempat pertapaan pejabat yang ingin melanggengkan kekuasaannya. Tapi saat tumbang, warga ketakutan karena menganggapnya sebagai pertanda buruk.
Pohon Pole atau dalam bahasa latin disebut Lanamus Twilo, masih satu marga dengan Waru, Beringin atau juga Sengon. Namun pohon Pole memiliki kekhasan tersendiri, seratnya halus, kayunya ringan dan tak gampang patah. Pole termasuk jenis kayu yang alot. Karena cirinya yang begitu itulah di Bali, pohon ini sering dijadikan bahan pembuatan topeng, bahkan juga untuk tiang bangunan beratap ilalang. Umurnya bisa mencapai 100 tahun dan tingginya mencapai 110 meter. Akar tunjangnya yang kuat, menyebabkan pohon ini tahan terhadap angin dan guyuran hujan.
Selain dari tinggi dan bisa hidup sampai tua, pohon Pole juga bisa berukuran sangat besar. Lebar pohon ini bisa mencapai diameter 5 meter, terutama di bagian dekat bonggolan batangnya. Seperti yang terdapat di Penestanan, Ubud Bali, di salah satu sudut kampung turis itu selama hampir setengah abad belakangan ini perhatian orang tertuju kepada pohon Pole yang berada di pinggir barat kampung. Ketinggiannya menyebabkan dia bisa dilihat dari jarak 1 km. Pohon Pole di Ubud itu juga menyimpan kisah gaib yang tak kalah serunya dengan pohon lain yang ada di seluruh Bali.
I Nyoman Rampyug, 65 tahun, pemuka desa di Ubud, bercerita soal pohon itu, bahwa sebelum jaman orde baru, pohon itu selalu dijadikan tempat pertapaan bagi siapa saja yang ingin mendapatkan jabatan. Misalnya bagi mereka yang ingin menjadi bupati, caleg maupun lurah. Mereka mendengar dari mulut ke mulut pohon pole di Ubud itu bisa membuat kekuasaan seseorang menjadi langgeng, berwibawa dan didukung siapa saja.
Sebelum roboh karena usia tua sekitar sebulan lalu, pohon pole di Ubud itu menyimpan berbagai kenangan yang mencekam. Pernah suatu malam terjadi petir menyambar-nyambar di puncak pohon tapi tak ada yang terbakar secuilpun di puncak pohon ini.
Beberapa orang melihat di puncak Pole itu seperti ada dua ekor pelanduk yang sedang bercengkerama. Tapi begitu didekati yang ada hanya dedaunan kering yang tertimpa sinar bulan purnama. Begitu juga di bagian tengah pohon yang kayunya berwarna putih ini.
Ada penduduk di Ubud yang menyaksikan ada tokek sebesar tongkat base ball, namun setelah ditunggui selama semalaman yang ada hanyalah cecak seukuran telunjuk.
“Banyak hal tak masuk akal dialami penduduk sekitar sini di bawah pole ini,” tutur Nyoman Rampyug.
Misalnya pernah suatu malam seorang pencuri yang kepergok menggotong mesin jahit melintas di depan pura yang ada pohon ini. Dia mencoba masuk untuk bersembunyi dari kejaran masa.
“Sang pencuri memang selamat karena malam itu tak diketemukan, tapi kemudian dia terjebak di antara pohon Pole itu karena tak bisa mencari jalan keluar,” papar Rempyug.
Penduduk setempat menangarai bahwa penghuni kayu Pole itulah yang membelenggu si pencuri hingga tak bisa segera pulang ke rumah. Bagi penduduk Penestanan, sebelum roboh pohon itu menjadi semacam tempat untuk menggantungkan nasib. Orang yang batuk, rematik ataupun sakit ginjal akan memanfaatkan kulit kayunya untuk ramuan jamu pahit. Hasilnya, setelah menggunakan obat kayu pohon itu, semua penyakit dapat disembuhkan.
Maka ada anekdot, janganlah seperti pohon Pole, kulitnya diberikan kepada orang sakit, sedangkan dia sendiri tak berkulit dan bopeng sana sini.
Selain untuk obat pohon Pole terutama yang masih tegak berdiri, sangat cocok dijadikan topeng pendukung kesenian tradisional. Ada barong, rangda, celuluk dan rarung yang memanfaatkan pohon Pole ini sebagai bahan utamanya.
“Karena selain ringan dan alot, pohon ini juga kayunya mengandung kekutan gaib tertentu, misalnya topeng bisa punya taksu, greget dan wibawa sehingga penonton seperti terhisap kepada kepiawaian sang penari,” ungkap Nyoman Rampyug.
Tak terbilang sudah beberapa kampung dan desa sekitar Ubud yang memanfaatkan kayu pohon pole yang berdiri tegak di sudut jalan itu. Pole itu seakan menjadi pertanda baik bagi penduduk setempat. Karena setiap kampung yang meminta kayu, akan melakukan upacara bernama nunas kayu, yang intinya agar kayu itu bisa memberi berkah kepada siapa saja yang ada di muka bumi.
“Namun kerubuhannya sebulan yang lalu membuat kami bersedih hati, karena tak ada lagi trade mark bagi kampung ini, juga kepergiannya yang mendadak itu menyebabkan banyak pertanyaan menggantung seputar keangkeran pohon Pole itu sendiri,” ungkap Rampyug lebih lanjut.
Seminggu sebelum kerubuhannya, ada pertanda khusus, yakni beterbangannya ribuan burung Emprit yang tiap malam bermalam di salah satu cabangnya. Juga ada ular sebesar paha orang dewasa yang tiga hari sebelum keambrukan pohon Pole ini melintas jalanan desa dan tak kembali.
Maka ketika malam-malam, dahan pohon Pole berderak-derak diiringi runtuhnya seluruh pohon itu menerpa tembok bagian timur bangunan pura banyak orang yang menganggap itu pertanda buruk. Dan memang benar karena kemudian di belahan timur Bali secara beruntun terjadi gempa, angin puting beliung bahkan juga ada rusuh di Ambon yang seluruhnya berada di bagian timur.
“Entah petaka apa lagi yang bakal terjadi, tapi kami kemudian bersepakat untuk secepatnya membersihkan sisa pohon itu dari sini sehingga suasana berduka segera berlalu,” tambahnya.
Menurut beberapa saksi mata yang pada malam itu berada di sekitar pohon yang rubuh, sejak senja menjelang malam, suasana sudah mencekam. Burung hantu, anjing melolong, dan desiran angin yang menyayat hati bergantian berbunyi sekitar pohon itu. Kemudian saat semuanya sudah tak perduli lagi, pohon itu ambruk, tak menimpa apapun kecuali tembok. Padahal bangunan pura yang megah dan beberapa rumah mewah di dekatnya.
“Sepertinya di saat kerubuhannya, si pohon Pole ini tak mau merugikan orang lain, dia selalu siap mengorbankan dirinya sendiri untuk kemaslahatan umat,” ungkap Nyoman lagi.
Hanya sempat teronggok setengah hari melintang di jalanan, pohon itu segera disingkirkan. Ada mesin gergaji disel, ada traktor modern yang ikut menyingkirkannya. Hanya dalam waktu 4 jam seluruh reruntuhan pohon sudah sirna seperti ditelan bumi.
Upacara khususpun dibuat untuk memberikan kesempatan kepada pohon Pole itu bisa istirahat dengan tenang. Mungkin dia sudah tak tahan lagi mengabdikan kulitnya kepada banyak penduduk atau menyumbangkan kayunya untuk dijadikan topeng.
“Padahal dia termasuk pohon yang masih bisa berkembang sekitar setengah abad lagi, kami jadi sangat sedih karena kerubuhannya itu,” tutur penduduk setempat, sebutlah Made Wijaya, pada Paranormal-indonesia.com.
Pohon Pole memang bisa tumbuh subur dan berkesan bongsor dibandingkan jenis kayu hutan yang lain. Dia tak membutuhkan perawatan khusus, juga siapakah yang menanamnya tak seorangpun yang tahu. Seperti pohon di Ubud itu.
“Dan biasanya dia pasti tumbuh di tempat yang strategis, di dalam areal pura, dalam bangunan balai desa dan dipinggir jalan bukan di tengah persawahan,” ini penuturan Ketut Loncing, 60 tahun, juga penduduk Ubud.
Sepertinya pohon Pole itu memang ditakdirkan untuk menyumbangkan kulit kayu dan akarnya untuk pengobatan penduduk sekitar. Bahkan di beberapa tempat pohon Pole yang berada di pertigaan jalan diberi hiasan khusus, misalnya diselempangkan kain lorek.
Juga dibuatkan tugu sesajen dan tempat dupa. Sehingga setiap penduduk yang lewat akan mencium bau wangi dari sekitar pohon Pole itu sendiri. Menurut kepercayaan orang Bali, pohon Pole termasuk Jenis kayu penengen atau kanan. Atau lebih jelasnya termasuk jenis kayu yang disucikan dan dihormati sejak dari asalnya di nirwana sana.
Walaupun daunnya rindang, tak pernah orang berani berteduh di bawahnya, sehingga kita tak akan menemukan sampah plastik di sekitar pohon Pole. Seperti pohon Pole di Ubud itu, selama setengah abad lebih dia hanya menyumbangkan kulit dan kayunya untuk mengobati orang dan dijadikan topeng untuk kesenian sakral. Tak pernah ada orang jahil membuang kotoran di bawahnya.
Sehingga kerubuhannya yang mendadak itu menyisakan misteri yang panjang, membuat penduduk sekitarnya bertanya-tanya dalam hati, pertanda apakah yang akan muncul di balik kejatuhan sang pohon suci dan dihormati itu? Tapi semua berharap, agar kejatuhan pohon itu tidak membawa dampak negatif atau tidak menjadi pertanda buruk bagi ketenangan warga Ubud pada khususnya dan Bali pada umumnya. Mudah-mudahan justru menjadi pertanda baik. Baik bagi seluruh bangsa Indonesia ke depan. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)