Panggonan Wingit:
MEMBURU AIR KEHIDUPAN GEDONG SONGO
Seperti hal namanya candi yang berlokasi di gunung Ungaran ini memiliki sembilan kompleks candi. Songo. Di dalam bahasa Jawa memiliki arti sembilan sedangkan gedong berarti bangunan, jadi tidaklah salah apabila candi indah yang memiliki bentuk mirip dengan candi yang ada di pegunungan Dieng, wonosobo ini selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan dari berbagai penjuru nusantara dan mancanegara, karena sisi mistisnya masih melekat erat pada candi yang satu ini.
Banyaknya cerita mistis yang tersebar membuat banyak orang yang datang ke sini tidak berani untuk berbuat macam-macam. Selain untuk wisata, ada juga pengunjung yang datang ke tempat ini untuk melakukan ritual tertentu, dengan beragam tujuan, ada yang ingin mendapatkan sawab gaib berupa derajat dan kepangkatan, ingin mendapatkan sawab gaib berupa penglarisan, serta ada pula yang ingin mendapatkan air kehidupan yang dipercaya ada di salah satu lokasi candi ini.
Terkait tirta amerta yang ada di candi ini dipercaya merupakan warisan dari salah satu ratu paling bijaksana yang pernah memerintah di nusantara nama ratu tersebut adalah ratu Shima. Di salah satu tempat yang masih merupakan kawasan candi Gedong Songo ini sering muncul sosok wanita yang berpakaian layaknya seorang ratu. Sosok tersebut oleh masyarakat sekitar dikenal dengan nama ratu Shima. Diantara seluruh bagian candi ini ada tempat yang dikeramatkan, yaitu kawasan candi III dan kawasan pancuran pawirta sari,” ujar Ngatimin selaku juru kunci candi.
Sosok yang dituakan di kalangan juru pelihara candi ini mewanti-wanti agar para pengunjung yang datang ke candi Gedong Songo diharapkan senantiasa menaati peraturan yang ada dan tidak melanggar norma yang ada. Ini dikarenakan banyak peristiwa d luar nalar kerap kali terjadi saat ada pengunjung yang berlaku kurang ajar di candi ini, banyak di antara mereka yang kesurupan.
Jalur untuk bisa mengelelilingi candi terhitung cukup menantang. Jalur sepanjang 3 kilometer dengan rute naik dan turun serta jalan berkelok khas jalan pegunungan menantang adrenalin siapa pun yang ingin menikmati keindahan candi yang dipercaya dibangun pada masa kejayaan hindu-budha, Bagi yang merasa tidak kuat untuk jalan kaki jangan khawatir. Sebab di candi ini ada penyewaan kuda tunggan.
Pola yang ada pada candi Gedong Songo ini terbilang unik dan dapat memberikan sensasi petualang bagi siapa pun yang mengunjunginya. Hal ini dikarenakan lokasi sembilan candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran serta memiliki pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi kompleks percandian juga terdapat hutan pinus yang tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang. Candi ini memiliki persamaan dengan Kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin.
Untuk menuju ke candi Gedong I, kita harus berjalan sejauh 200 meter melalui jalan setapak yang naik. Tahun 1740, Loten menemukan kompleks Candi Gedong Songo, Tahun 1804, Raffles mencatat kompleks tersebut dengan nama Gedong Pitoe karena hanya ditemukan tujuh kelompok bangunan. Van Braam membuat publikasi pada tahun 1925, Friederich dan Hoopermans membuat tulisan tentang Gedong Songo pada tahun 1865. Tahun 1908 Van Stein Callenfels melakukan penelitian terhadap kompleks: candi dan Knebel melakukan inventarisasi pada tahun 1910-1911.
Disela-sela antara Candi Gedong Il dengan Gedong IV terdapat sebuah kepunden gunung sebagai sumber air panas dengan kandungan belerang cukup tinggi. Para wisatawan dapat mandi dan menghangatkan tubuh di sebuah pemandian yang dibangun di dekat kepunden tersebut. Bau belerangnya cukup kuat dan kepulan asapnya lumayan tebal ketika mendekati sumber air panas tersebut.
Sebelum sampai di kepunden ini ada gapura kecil yang berada di sebelah kiri jalan. Setelah memasuki Gapura tersebut kemudian pengunjung dihadapkan pada sebuah turunan yang dari selaselanya mengalir air jernih yang begitu menyegarkan. Di dekat air yang mengalir dari sela-sela bebatuan ini ada sebuah tempat yang mirip dengan goa yang biasanya digunakan untuk tempat berdo’a kepada Sang Khalik.
“Air yang mengalir dari sela-sela bebatuan itulah yang dipercaya oleh warga sekitar sebagai atr kehidupan. Pada jaman dahulu sebelum candi dibuka untuk umum seperti saat ini ada orang lumpuh yang mendapat wisik gaib, jika ingin sembuh harus mandi di pancuran.itu selama tujuh hari berturut-turut. Nah, setelah melakukan apa yang dikatakan oleh wisik gaib, orang dari Jakarta yang mengaku sebagai salah seorang penting dalam tubuh angkatan darat itu sembuh seperti sedia kala,” tambah juru kunci.
Oleh karena letaknya berada di lereng gunung Ungaran maka secara tidak langsung keberadaan candi yang satu ini tidak bisa dipisahkan dari mitos yang ada di gunung Ungaran sendiri. Dan perlu diketahui bahwa gunung Ungaran sendiri merupakan salah satu gunung api yang terletak di pulau Jawa yang kini masih mengalami tidur panjang. Meski sedang dalam tidur panjang gunung api ini harus senantiasa diwaspadai karena sewaktu-waktu bisa saja meletus dan membuat kerusakan bagi lingkungan sekelilingnya.
Berdasarkan catatan sejarah yang ada baik dalam babad maupun dalam prasasti gunung ini pernah memiliki nama lain. Di antara nama yang pernah disematkan ke dalam gunung ini antara lain adalah gunung Karundungan (dalam prasasti Kuti), kemudian karurungan/karungrangan (dalam tantu pagelaran), kemudian karungrungan (dalam perjalanan Bujangga manik dalam serat Aji Saka dan Serat Kanda), kemudian Kroenroengan (dalam catatan Domis, 1825) serta Ngroengroengan (dalam Bleeker 1850 dan Friederich 1870).
Jika dilinat dari kacamata ilmiah gunung Ungaran ini termasuk gunung berapi tipe strato. Dan gunung ini sendiri memiliki tiga puncak yakni gendol, botak, dan Ungaran. Dari ketiga puncak ini Ungaranlah yang merupakan puncak tertinggi. Meski tidak ada Catatan resmi tentang aktivitas gunung ini namun dikalangan masyarakat ada sebuah keyakinan bahwa gunung ini pernah meletus dengan hebatnya. Sehingga menghancurkan dua pertiga dari bagian gunung ini sendiri. Dan yang ada pada saat ini hanyalah sepertiga dari gunung Ungaran.
Di lereng gunung Ungaran ini banyak sekali terdapat peninggalan arkeologinya. Selain terdapat candi Gedong Songo juga ada petirtan kuno yang kini hanya tinggal reruntuhannya saja. Dalam kepercayaan masyarakat setempat di bawah kompleks candi Gedong Songo ini terdapat makam Dasamuka. Dasamuka yang dikenal memiliki ajian sakti bernama pancasona itu berhasil dikalahkan oleh satria tampan bernama Rama Wijaya. Oleh karena Rama tidak ingin Dasamuka bangkit lagi maka tubuh raja Alengka itu ditutup dengan sebuah gunung yang besarnya melebihi tubuh Dasamuka. yetelah tubuh dari dasamuka ini ditutup dengan gunung Ungaran kemudian Hanoman diberi tugas untuk menjaganya.
Dalam keyakinan masyarakat setempat Dasamuka dapat bangkit dan memporakporandakan wilayah tersebut apabila mencium bau alkohol/minuman keras. Maka daripada itulah bagi siapapun yang mengunjungi kompleks Gedong Songo ini dilarang untuk membawa minuman yang sifatnya memabukkan. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti kapan candi ini dibangun serta siapa yang membangunnya. Hanya saja banyak yang percaya bahwa candi ini dibangun semasa ratu Shima berkuasa di tanah Jawa.
Dalam catatan sejarah, ratu Shima merupakan gambaran ratu adil yang sesungguhnya. Saat menjalankan tugasnya sebagai penguasa sang ratu Shima ini senantiasa berkaca kepada keadilan dan tidak pernah sekali pun pandang bulu untuk menegakkan hukum. Maka tidaklah mengherankan bahwa dalam suatu kisah pernah dikatakan sang ratu Ini pernan akan membunun anaknya yang secara tidak sengaja tangannya menyenggol guci emas yang berada di dekat pintu gapura kerajaannya. Tersenggolnya guci itu merupakan salah satu kesalahan besar yang hanya bisa dijatuhi hukuman mati abgi si pelaku. Meski anaknya sendiri, sang ratu tetap menghukum anaknya yang juga merupakan seorang putra mahkota tersebut.
Melihat keputusan sang ratu itu, membuat para pejabat istana berkebaratan dan menginginkan agar sang ratu berpikir untuk menjatuhkan hukuman kepada sang putra mahkota. Keberatan para pejabat istana ini bisa dimaklumi karena sang putra mahkota tidak sengaja saat melakukan hal tersebut. Di sisi lain sang putera mahkota juga tidak sedikit pun merasa gentar saat hendak menjalani hukuman mati tersebut. Baginya kewibawaan nama kerajaan dan keadilan yang harus ditegakkan lebih penting dari nvawanva sendiri.
Setelah mendengar banyak keberatan dari kalangan pejabat istana membuat sang ratu pun berpikir dua kali. Atas wisik yang diterimanya kemudian ratu Shima kemudian menjalankan semedi guna memutuskan apa yang terbaik. Kemudian, didapatiah keputusan bahwa anaknya bebas dari hukuman mati. Namun meski bebas dari hukuman mati sang putra mahkota bukan berarti bebas dari hukuman. Sang Putra Mahkota tetap dianggap bersalah dan sebagai hukumannya tangan Sang Putra mahkota dipotong. Karena ketegasan dalam menjunjung tinggi hukum dan memandang tinggi hukum dengan tidak pandang bulu inilah yang kemudian banyak membuat kerajaan-kerajaan lain menggabungkan diri ke kerajaan ratu Shima.
Dilihat dari bentuknya yang langsing dan menjulang dapatlah disebut bahwa candi Gedong Songo ini merupakan candi Hindu. Dalam sejarah candi Hindu ini memiliki dua tujuan yakni untuk persembahyangan dan untuk pemakaman. Oleh karena di candi ini pernah diketemukan abu seperti sisa pembakaran maka bisa dikatakan bahwa candi ini difungsikan sebagai tempat pemakaman dari raja-raja jaman dahulu.
Bukti mengenai candi ini adalah candi Hindu diperkuat dengan banyaknya arca-arca khas candi ini yang pefnah diketemukan di kawasan candi Gedong Songo ini sendiri. Sayangnya karena banyak orang yang ingin berbuat jahat terhadap arca-arca tersebut kini sebagian arca tersebut tidak bisa dilihat di kawasan candi karena kini arca tersebut telah diamankan oleh pihak yang berwenang Kini di antara IX candi yang semula ada di kompeks percandian ini hanya beberapa bangunan induk candi yang masih utuh. Sedangkan lainnya tinggal reruntuhan semata. Dan diantara IX candi tersebut hanya candi 1, II, Ill, IV, dan V saja yang masih nampak wujudnya. Sedangkan candi-candi lain seperti candi VI, VII, VII, dan IX tidak lagi kelihatan wujudnya. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)