Kisah Kyai Pamungkas:
KEGANASAN PALASIK KUDUANG
PALASIK KUDUANG MERUPAKAN PALASIK YANG PALING GANAS DI ANTARA PALASIK YANG ADA DI RANAH MINANG. KONON, TERLAMBAT SEDIKIT SAJA NYAWA KORBAN JADI TARUHANNYA…
Menurut kepercayaan masyarakat Minangkabau, palasik bukanlah hantu tetapi manusia yang memiliki ilmu hitam tingkat tinggi. Palasik sangat ditakuti oleh ibu-ibu di di Minangkabau, terutama yang memiliki balita. Maklum saja, makanan palasik adalah anak bayi/balita, baik yang masih dalam kandungan ataupun yang sudah mati (dikubur), tergantung dari jenis palasik tersebut.
Ilmu palasik dipercayai sifatnya turuntemurun. Apabila orang tuanya adalah seorang palasik maka anaknya pun akan jadi palasik juga.
Pada umumnya palasik bekerja dengan melepaskan kepalanya. Ada yang badannya yang berjalan mencari makan, dan ada pula yang kepalanya. Palasik yang lepas kepalanya disebut Palasik Kuduang. Kuduang artinya terpotong atau buntung. Buntung dalam bahas Minang adalah “kuduang.”
Nah, Palasik Kuduang ini merupakan palasik yang paling ganas di antara palasik yang ada di ranah Minang. Konon, terlambat sedikit saja nyawa korban taruhannya. Lantas seperti apa Palasik Kuduang tersebut, ikuti sajian berikut ini.
Palasik, pada awalnya merupakan sebuah ilmu yang konon dapat menahan rasa lapar dalam jangka waktu yang cukup lama. Karena kehebatannya ini, tak heran para leluhur banyak menguasai ilmu ini agar dapat mengusir rasa lapar di zaman serba sulit yang terjadi pada masa itu. Namun sayang, entah siapa yang memulai, ilmu inipun pada akhirnya berubah fungsi dan menjadi momok bagi para bundo kanduang yang memiliki bayi.
Menurut cerita, sesungguhnya palasik terbagi dalam dua jenis, yakni Palasik Angin dan Palasik Kuduang. Di tengah kehidupan, yang paling banyak meneror bayi di Ranah Minang adalah Palasik Angin, karena cara kerjanya yang dapat dilancarkan dari jarak jauh. Jenis palasik yang satu ini tidak terlalu berbahaya, namun tetap juga harus ditangani secepatnya, karena kalau dibiarkan lama, bisa juga berujung pada kematian.
Sementara yang kedua adalah Palasik Kuduang. Palasik jenis ini sangat berbahaya sekali, sebab kalau tidak cepat ditangani Gipastikan nyawa sang bayi akan melayang menghadap sang Illahi, naudzubillah min dzalik.
Walau di era modern seperti sekarang ini kasus-kasus sekaitan dengan Palasik Kuduang mulai jarang ditemui karena cara kerjanya yang harus bertemu langsung dengan bayi yang jadi incarannya, namun tetap saja kita harus waspada. Sebab, pernilik mu langka ini belum sepenuhnya punah dari Ranah Minang.
Berkaitan dengan Palasik Kuduang, penulis berhasil merangkum sebuah kisah nyata yang terjadi di Pauh Lima Padang.
Kisah pahit ini dialami seorang ibu yang bernarna Kartini. Pada kehamilan yang keempatnya Kartini merasa sangat senang dan bahagia. Apalagi suami yang telah memberinya tiga orang anak selalu memperhatikan kesehatan istri yang dicintainya. Bagi Kartini ini merupakan segalanya.
Setiap hari Kartini selalu membelai perutnya yang kian hari semakin membesar. Dengan penuh kasih sayang ia menantu kelahiran si jabang bayi. Rasanya tidak sabar lagi ingin menggendong sang buah hati yang telah mulai menendang-nendang dinding perutnya, menandakan sang janin dalam kandungan dalam keadaan sehat.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, akhirnya hari yang dinanti-nantikan itupun datang jua. Saat itu Kartini merasakan perutnya sangat mules, dengan diiringi rasa sakit dan panas yang teramat sangat.
“Mak, tolong panggilkan Mak Empe’, tampaknya bayiku mau lahir,” rintih Kartini pada orang tuanya.
“Sabar ya, Nak, Amak akan segera menjemput Mak Empe’,” balas Mak Rohani, orang tua Kartini, mencoba sedaparnya menenangkan suasana hati anaknya.
Dengan segera Mak Rohani menjemput sang paraji (dukun beranak) untuk membantu kelahiran Kartini. Tak lama kemudian ritual persalinan pun akan segera dimulai.
“Tolong ambilkan aku baskom yang berisi air dan tiga buah jeruk nipis!” pinta Mak Empe’, sang paraji, yang setelah tiba langsung menangani prosesi persalinan.
Namun, yang berlangsung sungguh sebuah proses persalinan yang sangat sulit. Hal ini ditandai dengan lamanya persalinan yang dijalani. Syukur Alhamdulillah, berkat pengalaman dan kesabaran Mak Empe’ juga tentunya berkat ridho Allah SWT, persalinan itu berlangsung selamat, baik bayi maupun ibunya.
Setelah proses persalinan selesai Mak Empe’ pun langsung memandikan dan membedong si bayi dengan kain panjang.
Bayi mungil lelaki itu kemudian diberi nama Syahrial. Kehadirannya seakan mampu memberikan kebahagiaan tersendiri di tengan keluarga sederhana yang tinggal di desa itu. Bayi yang selalu dibuai kasih sayang ini terus memperlihatkan kelucuan dan menggemaskan siapa saja yang melihatnya. Sampai akhirnya petaka itu datang menghampiri keluarga sederhana ini. Di kala itu hari sedang mendung, seakan matahari enggan untuk menyaksikan Kartini yang sedang bercengkerama dengan si buah hati Masih jelas di memori Kartini suara tawa anaknya yang malang tersebut.
“Assalamu’alaikum!” terdengar suara dari luar memecah suasana ceria di rumah Kartini.
“Waalaikumsalam!” balas Kartini sambil menggendong anaknya yang lucu itu dan baru berusia 3 bulan itu. Ia pun bergegas membukakan pintu.
Seribu tanya pun bermain dalam benaknya. Siapakah gerangan sang tamu yang datang ketika hari sendang mendung itu?
Begitu pintu terbuka, tampaklah sesosok laki-laki tua dengan pakaian sedikit lusuh. Kartini pun menarik nafas kuat-kuat, sebab perasaan iba langsung menyergap di dalam relung hatinya.
“Minta sedekahnya, Nak!” mohon laki-laki tua itu sambil menadahkan tangannya.
Didorong rasa kasihan, Kartini segera memberi sedikit uang receh yang ada. Lakilaki tua itupun berlalu setelah menerima uang receh pemberian Kartini.
Apa yang terjadi kemudian?
Sungguh aneh dan tak disangka, begitu si pengemis tua itu berlalu, mendadak anak yang ada dalam pangkuannya mengalami buang-buang air besar dengan diiringi muntah yang sangat hebat.
Mendapat kejadian yang tak disangkasangka ini, Mak Rohani langsung berinisiatif mengejar sang pengemis yang diduga kuat sebagai penganut ilmu palasik itu.
“Cepat obati cucuku! Kau pasti palasik, bukan?” sergap Mak Robarn sambil menank tangan perrgernis tua itu.
“Saya bukan palasik, jadi tolong lepaskan tangan saya!” hardik pengernis itu tak kalah garangnya.
Mendapatkan bentakan dan perlawanan dari gang palasik tak urung membuat nyali Mak Roham menjadi ciut.
Sementara itu, Karuni yang merasa takut akan terjadi sesuatu pada anaknya. segera melainkan anak salah seorang dukun kampung yang cukup terkenal. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak! Agaknya peribahasa in tepat unuk menggambarkan kejadian nahas itu.
Anak yang merupakan buah hati keluarga itu, tiba-tiba kejang dan terdiam. Terang saja peristiwa itu membuat Karuri berteriak histeris, seakan tak rela anaknya mati dengan cara yang sangat tragis. Anak yang pada awalnya montok dan lucu berubah menjadi kurus kering dengan wajah tampak pucat pasi. Dan ini berlangsung hanya dalam sekejap saja.
“Kalau saja bayiku tidak kubawa serta menemui laki-laki yang datang bertamu dan menyamar sebagai pengemis itu, mungkin ceritanya akan lain,” sesal Karim.
Kenangan itu telah berlalu hampir 25 tahun silam. Di tengah menjalani hari tuanya Kartini berharap tidak akan ada lagi yang namanya Palasik Kuduang di Ranah Minang, agar para ibu lebih bebas membawa anaknya kemana mereka suka. Ya, semoga saya demikian adanya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)