Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Panggonan Wingit: JEJAK PERAHU MISTERIUS JONG DOBO, NTT

Panggonan Wingit: JEJAK PERAHU MISTERIUS JONG DOBO, NTT

 

Sebelum melakukan perjalanan, mereka yang hendak berlayar membuat sumpah. Mereka tidak boleh melanggar hukum adat, alam dan hukum Tuhan. Apabila melanggar, maka mereka dikutuk menjadi kecil…

 

Dusun Dobo atau lebih dikenal dengan sebutan perkampungan Dobo, merupakan satu dari tiga dusun yang berada dalam wilayah Desa Iyantena, Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka Flores, Nusa Tenggara Timur. Perkampungan Dobo berada di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Ada 37 kepala keluarga (KK) yang tinggal dan menetap di Situ. Mereka umumnya bermata pencahanan sebagai petani. Di perkampungan ini terdapat tujuh suku atau dalam bahasa setempat disebut Lepo Pitu. Ketujuh suku itu adalah Lepo Tana Pu’ang, Lepo Mangun Lajar, Lepo Sadopun, Lepo Hoban, Lepo Goban, Lepo Tadak, dan Lepo Tana Wura. Keseluruhan Lepo yang berada di Perkampungan Dobo dipimpin seorang Kepala Kampung, yaitu Lepo Tana Pu’ang (Tuan Tanah). Adanya Lepo-Lepo tersebut tampak Jelas di Perkampungan Dobo, karena ada tujuh lokasi terdapat onggokan batu yang tersusun rapi yang disebut Watu Mahe. Sedangkan persis berada di tengah kampung adalah Watu Mahe milik Lepo Tana Pu’ang. Di Watu Mahe masyarakat setempat sering mengadakan upacara-upacara, seperti memberi sesajian pada arwah nenek moyang.

 

Upacara persiapan tanam dan panen, serta upacara adat lainnya. Dan tentunya, minuman tradisional moke atau dalam bahasa Sikka Oisebut tua yang melegitimasi keabsahan semua upacara yang dilakukan masyarakat perkampungan bobo.

 

Jalan menuju lokasi lumayan bagus. Sayangnya, lebar jalan beraspal itu hanya sekitar 2,5 meter, sehingga terlihat begitu sempit. Tampak di samping kiri dan kanan jalan berbaris rapi tanaman komoditi perdagangan jambu mete dan tanaman kemiri yang berdiri menjulang tinggi. Sebelurn sampai di perkampungan Dobo, beberapa perkampungan mesti dilewati, yakni Kampung Habilopong, Apinggoot dan Wolomotong. Setengah jam (30 menit) kemudian, karni tiba di gapura Jong Dobo. Pada gapura itu tertulis ucapan dalam Bahasa Sikka Uhet Dien Dat Hading yang artinya Selamat Datang, Pintu Terbuka.

 

Ternyata benar. gerbang Jong Dobo yang berada di atas lahan luas 2,5 hektar dan dipagari dengan kawat berduri itu dalam keadaan terkunci. Perjalanan kami lanjutkan sekitar 100 meter dari gerbang menuju perkampungan Dobo, lokasi kediaman sang pewaris dan pemegang Kunci gerbang Jong Dobo. Kami dipandu Ito (9), warga Dobo, menuju rumah Sergius Moa.

 

“Jalan menuju Perkampungan Dobo sedikit mendaki dan rusak. Motor di sini saja Pak,” ujar Ito polos, diamini seorang rekan wartawan. Benar saja. Hanya orang yang bernyali besar dan pandai menjaga keseimbangan bermotor, dapat melewati jalan rabat berlumut pada kemiringan 25 derajat itu. Saat kaki berpijak di perkampungan Dobo, sambutan khas datang dari kejauhan di pelataran teras rumah Sergius Moa. Di tengah tiupan angin spoi yang bersih dan menyejukkan, kami diterima Nona Maria da Ensi bersama beberapa saudaranya.

 

“Dede (paman, red) lagi keluar. Katanya, ke kantor Camat Kangae,” ucap Ensi.

 

Lama menunggu Sergius Moa, percakapan akrab pun terjadi. Nona Ensi mengatakan, “kami tidak terlalu tahu banyak soal Jong Dobo, hanya Dede Sergius saja yang bisa bercerita dan bisa memperlihatkan kepada setiap pengunjung. Kalau kami yang mengantar, tentu kita tidak dapat melihat Jong Dobo.”

 

Ensi kemudian meminta agar kami kembali menghubungi Sergius Moa melalui nomor hp-nya. Ternyata, sang pewaris punya dua nomor hp. “Hp saya lowbat. Maklum Pak, kampung kami tidak dialiri listrik. Nanti malam baru bisa menyala, karena kami pakai genset,” tambah Ensi. Nada panggilan terhubung. Dari Kewapante, Sergius Moa meminta agar kami menunggu.

 

“Baik saya segera pulang. Tidak lama, 30 menit lagi saya tiba di kampung,” begitu kata Sergius Moa diujung telepon selulernya. Benar, 30 menit kemudian Sergius Moa tiba dan menemui kami.

 

“Tidak ada larangan khusus bagi setiap pengunjung yang ingin melihat Jong Dobo. Tapi, perlu diingat, di areal hutan tempat Jong Dobo berada punya larangan khusus. Ada sebuah batu besar di pintu masuk yang tidak boleh diduduki oleh siapapun. Semua pohon atau tanaman yang ada di lokasi juga jangan dirusak, Karena akan terjadi malapetaka besar. Satu lagi, tidak boleh bawa makanan,” jelas Sergius Moa, sambil membuka dokumen-dokumen, yang berkisahkan tentang Jong Dobo.

 

Pantangan semacam itu selalu dia mengingatkan kepada setiap pengunjung. Sergius Moa menuturkan, pada tahun 1943, pernah terjadi bencana besar di perkampungan Dobo dan sekitarnya, karena Jong Dobo dibawa keluar dari tempatnya oleh dua orang guru yang berasal dari Bei, Kecamatan Kangae. Kedua guru ini hendak menunjukkan Jong Dobo kepada anak muridnya, tapi yang terjadi, selama tiga hari hujan dan angin di wilayah perkampungan Dobo dan Bei.

 

Terakhir, lanjutnya, pada tahun 2009 seorang peneliti asal jerman bernama Mr Janina Findeisen ditemani Mr. Pose Jurgen dari Jakarta, datang dan meminta agar sebagian dari Jong Dobo diberikan kepadanya dan dibawa ke Jerman demi kepentingan penelitiannya. “Tapi Saya tidak berikan, Yang terjadi, ketika mereka mengambil gambar foto melalui kamera dan Video digital, semua gambar tidak terekam. Akhitnya, empat bulan kemudian, Mr. Pose Jurgen kembali lagi dan mengambil ulang gambar Jong Dobo,” kata pria berjanggut lebat ini.

 

Jika ingin melihat Jong Dobo, jelas Sergius Moa, mesti dilakukan ritual khusus dengan memberi sesajen kepada arwah nenek moyang. Sesajen yang mesti dibawah antara lain, beras, ekor ikan asin, sirih pinang dan rokok tembakau. “Tapi ini tidak dipaksakan, kalau ada pengunjung tidak tahu, saya yang sediakan. Ritual ini mesti dilakukan agar kita dapat melihat dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata pria, yang mendapat honor Rp 300 ribuper bulan dari Disparsenbud sikka atas tugasnya menjaga Jong Dobo.

 

Apa itu Jong Dobo? Jong Dobo adalah artefak berbentuk perahu mini dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 12 cm, dan tinggi 25 cm. Perahu ini terbuat dari tembaga dengan awak 22 orang, terdiri dari satu nahkoda, tiga juru mudi, 12 pendayung dan enam penumpang. Dalam perahu tersebut ada ayam satu ekor dan satu buah gong. Jong Dobo dalam Bahasa Sikka terdiri dari dua suku kata. Jong berarti perahu/kapal. Sedangkan Dobo adalah nama perkampungan, tempat disimpannya perahu tersebut. Jika diterjemahkan secara bebas maka artinya Perahu di Bukit Dobo.

 

Kini, perahu ini diawasi oleh seorang Tana Pu’ang yakni Sergius Moa. Artefak Jong Dobo diakui masyarakat setempat sebagai benda kramat dan sakti, Benda ini diyakini bisa mendatangkan panas, menurunkan hujan, meniup topan dan badai, bahkan bisa mendatangkan malapetaka.

 

Menurut Sergius Moa berdasarkan cerita yang diturunkan dari para leluhur dan menyadi legenda, masyarakat, Jong Dobo datang dan India Belakang (Dongson). Mereka berlayar dari India untuk mencari tempat yang subur dan menetap Sebelum melakukan perjalanan, semua mereka yang hendak berlayar tersebut membuat sumpah atau jang. Sumpah tersebut adalah tidak boleh melanggar hukum adat, alam dan hukum Tuhan. Apabila melanggar sumpah tersebut, maka mereka akan dikutuk menjadi kecil.

 

Sergius Moa mengatakan, perjalanan mereka dimulai dari india, Thailand, Selat Malaka terus ke Indonesia melalui Sumatera, Jawa, Irian (Aru/Dabu), Bima, Labuan Bajo (Pulau Flores). Dari situ mereka berlayar melaiui pesisir panitai utara Pulau Flores, di Bajawa (Kabupaten Ngada) mereka mampir di Koli Dobo dan meneruskan hingga perjalanan ke Ende. Dari Ende, mereka meneruskan perjalanan menuju Maumere (Kabupaten Sikka) dan berlabuh di Walpare, Kecamatan Kangae. Di Warpare, lanjutnya, jangkar kapal terputus dan tertinggal, sehingga perjalanan dilanjutkan pada keesokan harinya. Bekas jangkar Jong Dobo masih ada di pesisir Pantai Waipare Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan menuju Ihugete Gera, Getung Deu dan diterima oleh seorang bapak (tidak diketahui narnanya), penderita penyakit kudis. Usa! dari tempat itu, mereka menarik kapal, karena kapal tersebut terkandas di salah satu bukit sehingga bukit tersebut terbagi menjadi dua bagian. Oleh masyarakat setempat, bukit itu dinamakan Wolon Gele dan bekas tarikan perahu tersebut dirnanfaatkan masyarakat menjadi jalan Kampung.

 

“Karena mereka tidak diterima dengan baik, maka mereka melanjutkan perjalanan dan menetap di Bukit Dobo. Disini mereka diterima Oleh Moat Wogo Pigang dan mereka tinggal hingga saat ini,” lanjut Sergius Moa.

 

Secara ilmiah, jelas Sergius Moa, artefak Jong Dobo pernah diteliti oleh ahhi sejarah, seperti Dr. Th. Hoeven dan Prof. Hugh O’neil. Kedua Ilmuwan ini mempunyai pendapat berbeda sesuai hasil penelitiannya. Menurut Ahli Bahasa Yunani dan Latin Or. Th. Hoeven, artefak Jong Dobo berasal dari kebudayaan Dongson, India Belakang atau Tiongkok, sekarang Vietnam yngan Pa pada abad 13 SM. Sementara Prof. Hugh O’ngil, Ahli Bangun Purba dan Modern dari Melboume University, Australia, berpendapat, jika dilihat dari struktur dan bentuknya artefak Jong Dobo berasal dari kebudayaan Sumeria pada abad 3 SM. Artefak ini dibawaMH dari Laut Tengah India dalam petualangan migrasi Suku S India ke Indonesia. Perjalanan ini menghantarkan mereka sampai di Bukit Dobo dan meletakkan benda tersebut. Perbedaan pendapat kedua ahli dan cerita legenda masyarakat Dobo tersebut menunjukkan, hingga saat ini artefak Jong Dobo masih misterius Sulit untuk memastikan Gari mana asalnya, stapa yang membawa dan mengapa berada di Bukit Dobo.

 

Lebih lanjut Sergius Moa menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2004 oleh Pater Eman Embu, SVD, dirinya merupakan pewaris Ke tujuh pemegang kunci dan pemilik artefak jong Dobo Dia mengatakan, Orang pertama yang menenma artefak Jong Dobo adalah Moat Wogo Pigang. Selanjutnya hak kepemilikan secara berurutan diwariskan kepada Moat Bela (Pewaris 2), Moat Sia (Pewaris 3), Moat Nong (Pewaris 4), Moat Potu Mumeng (Pewaris 5), Moat Domi Hende (Pewaris 6), dan Moat Sergius Moa (Tahun 2001 hingga kini).

 

“Menurut penelitian yang dilakukan Pater Eman Embu, SVD, saya adalah orang ke tujuh yang menjadi ahli waris/penerus kepemilikan artefak Jong Dobo,” tegas Sergius Moa.

 

Sayangnya, sarana pendukung di lokasi artefak Jong Dobo masih sangat terbatas, bahkan nyaris tidak ada sama sekali. Tidak adanya fasilitas pendukung. Tidak ada pondok-pondok peristirahatan atau penginapan yang bisa membuat pengunjung menjadi lebih aman dan nyaman. Padahal, artefak Jong ‘ Dobo merupakan salah satu destinasi wisata Kabupaten Sikka. SergusMoa, berharap pemerintah setempat, dalam hal ini Disparsenbud Kabupaten Sikka menata areal tersimpannya artefak Jong Dobo dengan bak Seperti membangun pondok-pondok peristirahatan, MCK, dan fasilitas lainnya yang bisa membuat kunjungan para pengunjung lebih terkesan dan bermakna.

 

“Harapan saya, Dinas Pariwisata bisa menata tempat ini meryadi lebih bak, agar bengunjung bisa lebih nyaman . menikmati keunikan dani artefak Jong Dobo,” pintanya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: Istri Korban Santet

adminruqyah

Kisah Kyai Pamungkas: SILUMAN CANTIK PANTAI UJUNG PANDARAN

adminsusuk

Ijazah Kyai Pamungkas: Ilmu Hikmah Rijalul Ghaib, Silahkan Diamalkan

adminruqyah
error: Content is protected !!