Panggonan Wingit:
CALON MENANTU PENUNGGU JURANG BANTENG
Mirnata, pelajar SMK di Blitar hilang saat berkemah & bendungan Ngusri, lereng Gunung Kelud. Rupanya di pacarnya. Namun dalam perjalanan, pacarnya berubah menjadi pemuda dengan wajah bengis, kepalanya ada dua tanduk dengan rambut kumal berderai dan bau…
Seperti senja itu hujan turun de langit yang gelap hanya diterangi oleh lampu yang sebentar-sebentar berpendar di lereng Gunung Kelud semakin tampak angker. Beberapa orang melangkah menyusuri jalan setapak yang becek. Suara petir sekali-sekali menggelegar di langit. Kilat yang menguak orang-orang yang hanya tampak hitam saja. Lampu sein yang mereka bawa hanya dapat menerangi beberapa meter saja. Lampu senter dinyalakan kesana kemari untuk sesuatu di antara rimbun hutan.
Rombongan membentangkan plastik di atas jerami padi yang telah diikat dari mantel, kemudian dibakar dengan korek. Setelah menyala kemenyan diletakkan pada api, bau kemenyan menusuk hidung. “Ingat, kalau terdengar suara mengganggu, tetap tenang!” Perintah Mbah Benu di depan tungku jerami. Beberapa saat kemudian terdengar menyayat. Suara histeris mengerikan terdengar.
“Mirtana! Kembalikan Mirtana…!” desah Mbah Benu dengan suara penuh kekuatan gaib.
Suara yang mengerikan seakan menyentuh ulu hati yang dalam. Seakan bisa mengubah pikiran manusia. Orang-orang yang mengelilingi Mbah Benu merasakan ketakutan yang tidak tertahan. Segera saja, garam disebar di sekeliling. Suara jeritan bersamaan dengan percikan cahaya kemerahan. Sementara Mbah Benu tetap meminta Fitri dikembalikan. Semakin lama, suara semakin menjauh. Lenyap pelan-pelan. Kini, yang terdengar tinggal suara titik-titik hujan yang berjatuhan di daun pepohonan.
Tiba-tiba, “Alii…!” Disusul suara berat jatuh di depan Mbah Benu. Orang-orang terkejut. Mbah Benu segera bangkit. Lampu senter diarahkan suara yang jatuh. Seorang wanita yang masih berseragam pramuka terbaring lemas.
“Ayo segera digendong dan turun dari tempat ini!” Ajak Mbah Benu yang sekujur tubuhnya terasa sangat dingin. Bulu kuduknya selalu berdiri. “Fitri hanya pingsan, nanti segera siuman. Pesan saya jangan ada yang bercerita tentang kejadiaan ini, kalau ditanya nanti jawabnya Fitri ditemukan sedang bingung di bawah pohon.”
Perkebunan Jurang Banteng yang masih mengandalkan listrik mikro hidro, malam itu cukup ramai. Kedatangan Mbah Benu serombongan disambut dengan tangis haru. Fitri yang sudah siuman di jalan masih sangat lemah. Seluruh badannya basah oleh air hujan.
Wanita berseragam pramuka bernama Mirnata adalah seorang pelajar SMK di Blitar yang sebelumnya berkemah di dekat bendungan Ngusri. Bendungan yang masuk kawasan Desa gadungan, Kecamatan Gandusari. Bendungan yang berada di lereng Gunung Kelud itu memang cukup sejuk. Saat perkemahan selesai, Mirnata menghilang begitu saja. Perkemahan yang sudah selesai, kembali menjelajah perkebunan kopi dan hutan. Sampai hujan turun deras, Mirnata tidak diketemukan. Baru ditemukan tengah malam dengan ritual Mbah Benu.
Setelah agak sehat, Mirtana bercerita, pagi itu ia diajak jalan-jalan Jendra, lelaki yang menjadi buah hatinya. Ia masih ingat, jalan itu menyusuri jalan setapak tepi sungai. Semakin jauh lepas dari perkebunan kopi, sampai di bawah pohon apak besar. Tibatiba ia mendengar suara Sorak sangat ramai. la memegang tangan, tetapi tiba-tiba alam berubah perkampungan suasana tradisional. Mirtana takut dan heran. Ia sangat terkejut, Saat menoleh pada Jendra, ternyata bukan Jendra lagi. Ia menjerit sambil melepaskan tangannya. Lelaki itu berubah menjadi pemuda dengan wajah bengis, kepalanya tumbuh dua tanduk dengan rambut kumal berderai dan bau busuk menyengat.
“Inilah wanita yang lahir di Bulan Suro, bersamaan matahari,” tiba-tiba terdengar suara serak.
Saat Martani berpaling, ia kembali berteriak, “Tidaaakkk…!”
“Meski kamu berteriak sekeras apa pun tak ada manusia yang mendengar,” lelaki tua tinggi besar yang juga bertanduk berdiri di samping wanita yang juga bertanduk. Wajah. wajah yang seram, tiba-tiba bermunculan di sekitar Martani. Kebanyakan bertanduk ada juga yang seperti manusia biasa.
“Kau akan menjadi menantu Ki Jurang Banteng. Kau akan hidup bahagia dengan anakku yang berada disampingmu, namanya Sukrosono…”
“Tidaakkk! Aku tidak mauuuu….!”
Teriak Mirtana terus meronta. Saat Mirtana akan lari, tangannya disambar Sukrosono, sehingga Mirtana tidak dapat bergerak. ia diseret akan masuk rumah.
Tiba-tiba alam gaib terasa panas, semua makhluk terbatuk-batuk. Ki Jurang Banteng memberi perintah menyerang arah hawa panas, tetapi begitu dekat para siluman itu jatuh terjerembab kesakitan, badannya melepuh kepanasan. Mirtana mendengar sayup-sayup Suara.
“Kembalikan Mirtana! Kembalikan Mirtana….!
Begitu banyak korban yang berjatuhan, Mirtna merasa tubuhnya dilemparkan jauh dan jatuh tidak sadarkan diri…
Mbah Benu merenung, ingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Mulai terjadinya banjir, Sungai Jari menjadi perhatian pemerintah. Untuk menjegah terjadinya banjir yang berikutnya, makan dibangun dua cek dam sebagai pengendali banjir. Sebab jika sungai ini banjir akibatnya Bendungan Wlingi Raya penuh dengan pasir dan material lainnya. Hal ini akan mengganggu PLTA yang sangat dibutuhkan masyarakat luas.
Untuk pembangunan cek dam ini Mbah Benu juga dimintai tolong untuk minta ijin kepada penunggu kawasan Jurang Banteng. Cek dam pertama, dibangun di utara Kampung Jurang Banteng. sementara warga kampung sudah banyak pindah ke Kampung Purwodadi yang masih masuk kawasan Perkebunan Jurang Banteng. Tempat baru ini dianggap lebih aman.
Pembangunan cek dam yang pertama yang direstui Ki Rekso, berjalan dengan aman. Sebab, menurut Mbah Benu genangan air tidak sampai meluap ke tempat kampung Ki Rekso yang tidak tampak oleh mata itu.
Pembangunan cek dam berikutnya, sudah masuk Perkebunan Ngusri. Cek dam ini membendung Sungai Jari, di bawah cekdam yang pertama. Cek dam ini lebih besar dan luas. Mbah Benu tidak mau meminta ijin Ki Rekso lagi, walaupun daerah itu masih menjadi kekuasaan Ki Rekso. Sebab Mbah Benu tidak memiliki hak untuk daerah lama.
Suatu malam saat Mbah Benu menjaga pabrik penggilingan kopi, Mbah Benu didatangi Ki Rekso. “Mbah Benu, manusia semakin serakah. Katamu hanya membangun dekat itu ternyata, di bawah juga dibangun. Bagaimana pertanggungjawabanmu?” tanya Ki Rekso marah yang ditirukan Mbah Benu.
Mbah Benu mengatakan bahwa pembangunan di kawasan Perkebunan Ngusri tidak berurusan lagi dengannya. Tetapi Ki Rekso untuk pembangunan cek dam Ngusri akan minta sesaji Ayam jago wiring kuning sebanyak tiga ekor. Mbah Benu hanya menyerahkan semuanya kepada Ki Rekso.
Ayam jago wiring kuning hanya sebagal, simbol saja. Pertama kali yang menjadi tumbal bendungan Ngusri adalah pekerja yang sedang membangun bendungan. Mban Benu bercerita kepada warga, bahwa bendungan itu masih meminta sesaji. Maka suatu malam Jumat legr dipergelarkan wayang kulit untuk ngruwat tempat ini agar lepas dari kutukan bencana dan tumbal Karen warga sekitar sudah mendengar akan ada tumbal lagi, maka pagelaran wayang ini tidak ada yang melihat. Hanya panitia dan seperangkat wayangnya yang digelar Warga takut jika menjabil tumbal.
Ternyata Ki Rekso tidak mengambi tumbal pada saat itu. Suatu hari seorang lelaki muda yang sedang mencari ikan sudah ditemukan terapung di bawah bendungan. Beberapa bulan lagi, truk pengangkut kopi, mesinnya mati di tepi bendungan ini sopir pengangkut kopi yang bernama Jianto (35 tahun) saat itu bersama dua orang mencoba meperbaiki mesin. Dua orang teman yang tidak mengerti mesin hanya melihat saja. Saat Jianto berada di bawah truk, tiba-tiba truk berjalan mundur karena jalan lebih rendah. Belum sempat Jianto beranjak, roda telah menggilas tubuhnya.
Lengkap sudah sesaji yang diminta Ki Rekso, jelas Mbah Benu. Ayam jago hanya suatu perlambang, yaitu tiga laki-laki.
Bendungan Ngusri yang luas saat ini menjadi tempat wisata. Bahkan mejadi tempat memancing ikan, sebab bendungan itu banyak ikannya. Dari bendungan ini tampak Gunung Kelud yang selalu membiru. Tumbuhan kopi di sekitar bendungan sudah rimbun menutupi bukit-bukit yang menawan.
Meskipun saat ini Bendungan Ngusri sudah tampak aman dan tenang, tetapi masih banyak orang menyangsikan Sebab beridungan yang airnya cukup dalam setiap saat sangat berbahaya jika tidak berhati-hati di tempat ini. Kono seorang pemancing yang memancing sampai tengah malam ada yang ditemui seorang lelaki tinggi besar, berpakaian hitam-hitam dan ikat kepala. Lelaki itu berkata bahwa ia membutuhkan seorang perawan yang lahir pada Selasa Kliwon, pada bulan Suro, yang waktunya tepat bersamaan dengan tenggelamnya matahan.
Berkaitan minta tumbal atau tidak, setiap orang harus tetap waspada dan hati-hati di semua tempat, termasuk di Bendungan Ngusri. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)