Kisah Kyai Pamungkas:
MAKAM KERAMAT RADEN KUNING
Barangkali tidak banyak yang tahu kalau sesungguhnya makam Buyut Sariman alias Abdul Rahman yang berada di Inderalaya adalah Raden Kuning, Menurut juru kunci Pak Yaumin Basyir (73 tahun) bahwa Buyut Sariman alias Abdul Rahman alias Raden Kuning salah seorang keturunan Cirebon dan merupakan murid Sunan Cirebon, Jawa Barat.
Kedatangan Raden Kuning di Inderalaya sejalan dengan misi penyebaran agama Islam oleh para Wali Sembilan (Wali Songo) di tanah Jawa. Keberadaan Raden Kuning menurut Pak Yaumin juga diakui oleh sebagian besar masyarakat Penang Malaysia. Karena sebelum datang ke Inderalaya, Abdul Rahman juga menyiarkan agama Islam di Malaysia. Oleh sebab itulah bahasa Inderalaya mirip dengan bahasa Melayu khususnya logat Penang Malaysia,” jelas Pak Yaumin.
Makam Raden Kuning terletak di desa Inderalaya, Kecamatan Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir, 37 km dari kota Palembang, Sumatera Selatan. Dari pasar Inderalaya, Kyai Pamungkas berjalan kaki memasuki pemukiman penduduk dan berhenti sejenak di Masjid Al Kubro Inderalaya.
Selesai menunaikan sholat Ashar, diperoleh informasi bahwa makam keramat yang dituju tepat berada di belakang masjid tersebut. Hanya saja masyarakat Inderalaya lebih mengenal nama Buyut Sariman ketimbang Abdul Rahman alias Raden Kuning.
Tak lama kemudian Kyai Pamungkas tiba di sebuah bangunan berdinding papan yang agak lapuk dan beratapkan genteng di tepi sungai Kelekar. Itulah makam Raden Kuning, salah seorang leluhur tanah Undorloyo (Inderalaya).
Ketika Kyai Pamungkas memasuki ruangan aroma mistik pun begitu terasa. Sebuah kelambu putih menutupi makam yang gundukan tanahnya menggunung dan keras seperti batu. Fenomena mistik ini menurut pak Yaumin, sebagai pertanda kesaktian ilmunya. “Beliau masih hidup, memang bukan jasadnya, tetapi ilmunya telah menitis pada salah seorang keturunannya,” ungkapnya kepada Kyai Pamungkas.
Beberapa peziarah yang datang ke tempat ini dan kebetulan hajatnya terkabul pernah mencoba untuk menyemen makam tersebut. Namun setiap kali akan disemen makam tokoh sakti itu sepertinya selalu menolak dan semen akan hancur dengan sendirinya. Mungkinkah gaib keramat tersebut lebih memilih keadaan aslinya dibanding dengan keadaan yang telah direnovasi? Ataukah ada unsur lain yang menyebabkan gundukan tanah tersebut menolak untuk disemen?
Selama Kyai Pamungkas berada di makam, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan gundukan tanah tersebut bertambah karena dibawa oleh semut atau binatang lainnya ke makam. Kondisi tanah yang bentuknya berbukit-bukit ada sejak dulu. Pertama lihat kondisinya memang sudah seperti itu dan semakin meninggi,” jelas beberapa warga yang dimintai keterangan.
Selain Makam Raden Kuning, di dalam bangunan tersebut terdapat makam Siti Rukiah, istri Raden Kuning. Raden Kuning diperkirakan wafat tahun 1550 M. Namun tokoh sakti ini diyakini sirna oleh masyarakat setempat. Makam aslinya menurut para sepuh desa Inderalaya berada di puncak Gunung Dempo, Pagaralam, Sumatera Selatan. Barangkali juga gundukan tanah dengan puncaknya itu merupakan simbol bahwa makam yang sebenarnya ada di puncak Gunung Dempo.
Sedangkan 13 m dari bangunan makam Raden Kuning dan istrinya terdapat makam putri berambut panjang alias Putri Mayang Merine yang juga dikeramatkan warga. Lalu siapa sebenarnya Putri Mayang Merien?
Menurut cerita turun temurun yang didapat dari juru kunci, Putri Mayang Merine adalah seorang gadis yang disayembarakan oleh suatu kerajaan di Prabumulih. Rajanya bernama Ratu Fasih memiliki enam orang anak lakt laki yang juga memiliki ilmu kanuragan yang luar biasa. Dan seorang putri yang bernama Putri Mayang Merine.
Pada suatu hari, Ratu Fasih menggelar sayembara yang terbuka untuk umum. Adapun sayembara yang dilaksanakan adalah pencak silat dan sepak batu. Dari sekian banyak peserta tak satupun yang dapat menandingi kehebatan putra Ratu Fasih. Padahal bagi yang bisa mengalahkan keenam putranya maka dapat mempersunting Putri Mayang Merine menjadi istrinya.
Saat itu Raden Kuning sedang menyaksikan pertandingan tersebut dan duduk d ipinggir lapangan. Melihat Raden Kuning hanya duduk-duduk saja, Ratu Fasih menantang. “Kalau nak bejalan bawa bekal dulu. Kalau dak katik mantap bae di dusun,” ujar Ratu Fasih dengan nada angkuh yang berarti kalau mau pergi harus siap bekal keilmuan dan kalau tidak ada jangan meninggalkan desa.
Mendengar ucapan tersebut berdirilah Raden Kuning dan menyatakan siap menjadi peserta. Setelah berdoa, bola batu itu disepaknya. Di sinilah keanehan terjadi. Bola batu itu melambung tinggi dan tak satupun yang menemukannya. Bersamaan dengan melambungnya bola batu sebesar kepala manusia dewasa itu Raden Kuning menancapkan tombak pusakanya dan duduk tepat dibagian runcing tombaknya. Semua yang hadir memandang kagum kehebatan sang pendekar.
Konon, selama tujuh hari dan tujuh malam bola batu itu berada di angkasa. Dan baru dua puluh satu hari kemudian bola batu tersebut ditemukan di sebuah sungai yang jauh dari lokasi pertandingan. Dan belakangan, lokasi ditemukan bola batu tersebut dinamakan Sungai Meriak karena airnya selalu beriak dan membentuk pusaran air sebesar bola batu yang jatuh tersebut.
Karena menyamai kesaktian enam putra Ratu Fasih, maka Putri Mayang Merine diboyong ke Inderalaya, sekitar 65 km dari Prabumulih. Sebelum meninggalkan Kerajaan Prabumilih sang ayah berpesan pada para pengawal dan hulubalang untuk melarang sang putri bermain di pertemuan dua sungai yaitu sungai Ogan dan sungai Kelekar.
Namun ketika sampai di Inderalaya, pesan itu dilanggar Putri Mayang Marine. Alangkah terkejutnya para pengawal dan hulubalang ketika kemudian menemukan Putri Mayang Merine telah wafat di tepi pertemuan dua sungai besar tersebut. Padahal sang Putri belum dinikahi Raden Kuning.
Masyarakat setempat juga percaya bahwa Raden Kuning memiliki binatang piaraan misterius yaitu macan putih dan buaya kuning. Mungkin karena mempunyai pendamping buaya kuning inilah ia dijuluki Raden Kuning. Atau barangkali beliau dapat berubah wujud menjadi sosok yang lain sehingga diberi gelar Raden Kuning.
Keberadaan makhluk gaib tersebut seringkali terlihat oleh masyarakat setempat. “Buaya kuning sering berada di sungai Kelekar sedangkang macan putih sering menampakan diri di sekitar pemukiman penduduk di malam hari,” ujar seorang warga pada Kyai Pamungkas.
Memang untuk membuktikan fenomena mistik tersebut dibutuhkan pengetahuan dan ilmu sebagai pendukungnya. Dari hasil komunikasi gaib yang dilakukan Kyai Pamungkas ternyata binatang jadi-jadian yang berupa buaya kuning dan macan putih adalah pendamping gaib Raden Kuning dari golongan jin yang biasa menampakan diri dalam wujud kedua binatang tersebut.
Ini juga membuktikan bahwa Raden Kuning ternyata mempunyai trah ke Prabu Siliwangi dengan ilmu macannya dan ilmu buaya yang merupakan kombinasi ilmu langkah di pedalaman Batanghari Sembilan yang banyak sungai-sungai besarnya seperti Musi, Ogan, Komering, Lematang, dll. Dulunya sungai-sungai tersebut memang banyak dihuni buaya bahkan sekarang pun masih banyak siluman buaya. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)