Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Panggonan Wingit: HARTA KARUN PENINGGALAN BELANDA DI SINDANG

Panggonan Wingit:

HARTA KARUN PENINGGALAN BELANDA DI SINDANG

 

Desa Sindang dan Bengko, merupakan desa-desa tempat kekuasaan Belanda sewaktu menjajah di Propinsi Bengkulu. Karena itu tak heran banyak peninggalan-peninggalan berupa barang berharga. Salah satunya adalah harta karun…

 

Di Desa Bengko, selain banyak ditemukan harta karun, juga pernah menjadi tempat markas bank Belanda sewaktu mereka berkuasa di bumi Petulai Rejang Lebong ini. Sewaktu penulis berkunjung ke desa tersebut, ternyata bangunan Bank Belanda yang dimaksud sudah tak ada lagi di tempatnya. Bangunan itu sudah rata dengan tanah. Menurut sumber penulis, gedung Bank Belanda itu sudah dihancurkan oleh para serdadu Jepang.

 

Sementara itu, di Desa Sindang sendiri masih ada berdiri bangunan-bangunan tua peninggalan orang Belanda yang tetap terawat dengan rapi dan bersih. Juga masih berdiri kokoh bendungan-bendungan di daerah Jembatan Sindang. Untuk mengetahui secara jelas, benarkah di daerah Sindang dan Bengko banyak di temukan harta karun, penulis datang langsung ke lokasi-lokasi yang sudah diketemukan barang berharga tersebut. Penemuan harta-harta peninggalan Belanda itu yang cukup banyak berlangsung pada tahun 1989.

 

Menurut cerita yang berhasil dihimpun penulis, sebelum tahun 1989, desa Bengka sudah dikatakan desa berpenghasilan kopi rakyat jenis Robusta terbesar kedua di Kab. Rejang Lebong, sesudah desa Batu Bandung. Karena hasil yang begitu banyak tersebut, sedangkan jalan sudah begitu rusak berat, lalu dibangunlah jalan penghubung dari Desa Beringin Tiga ke Desa Bengko ini. Tujuannya agar hasil kopi bisa di bawa ke Kota Curup dan Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, dengan baik. Di samping Itu untuk menghindari perampokan yang sering beraksi.

 

Kira-kira tahun 1989 di bangunlah jalan dimaksud. Pembangunan jalan ini dibagi ke dalam sepuluh kelompok pekerja, dan sepuluh orang setiap kelompoknya. Sedangkan disetiap kelompok memegang jarak sepanjang satu kilo meter. Di waktu pengerjaannya sudah mencapai sebulan lebih, satu dari sepuluh kelompok tadi, ada di antaranya yang mencangkul dinding tanah untuk memperluas jalan. Tanpa diduga mereka menemukan banyak jenis botol-botol tua yang menempel pada dinding tanah tersebut. Karena penasaran, botol-botol tadi mereka cangkul terus. Setelah botol tadi mulai berserakan, mereka melihat sepasang guci besar yang menempei pada dinding jalan tersebut. Setelah mengetahui Penggalian pun terus dilanjutkan. Hasilnya memang cukup mencengangkan. Isi guci itu berupa lantakan emas muda yang tersusun rapi.

 

Agar kejadian ini tidak diketahui oleh orang lain maupun oleh kelompok pekerja yang lain, akhirnya guci emas ini ditutup kembali seperti sedia kala. Kolompok ini bersepakat guci emas tadi akan diambil pada malam hari saja.

 

Malam harinya, setelah keadaan agak tenang, mereka kembali bersama-sama melepaskan botol-botol yang menjadi penutup guci emas tadi. Setelah guci emas sudah dapat dikeluarkan, mereka satu kelompok bersepakat untuk kabur pada malam itu juga. Setelah selesai mempersiapkan alat-alat kepergian mereka menumpang mobil pik-up jurusan Bengko-Beringin Tiga. Sesampai di Beringin Tiga mereka menunggu mobil jurusan Pulau Jawa.

 

Setelah beberapa jam mereka berangkat naik bus jurusan Kota Curup ke Pulau Jawa, ternyata pelarian mereka tercium juga oleh pihak yang berwajib. Tapi di waktu pengejaran, polisi tak berhasil melacaknya. Karena pelarian mereka ini begitu rapi. Disebabkan mereka selalu berganti-ganti mobil di setiap kota kabupaten. Misalnya sampai di Lubuk Linggau mereka naik jurusan Lahat, sampai di Lahat naik jurusan Muara Enim, begitu seterusnya. Menurut pendapat dari berbagai pihak pelarian mereka kalau tidak ke Jakarta, mungkin juga ke Semarang. Yang pasti, hingga kini kesepuluh orang yang membawa Iari fantakan emas peninggalan Belanda itu tidak diketemukan.

 

Sejumlah harta terpendam juga ditemukan di dekat jembatan Sindang baru-baru ini. Menurut cerita yang didapatkan penulis dari berbagai pihak, pada tahun 1997 dibangunlah rumah di pinggiran jembatan Sindang itu. Tapi kalau dipikir secara logika, sebenarnya apalah guna mendirikan rumah tersebut di sana. Selain rawan dan angker, juga jauh dari keramaian.

 

Setelah rumah selesai dibangun, si pemilik juga membuka warung manisan, sedangkan di sebelah kanan dapur rumah, dibuat kandang ayam dari bambu yang begitu rapat dan tinggi. Tapi yang sebenarnya dia mendirikan kandang ayam itu tak lain di situlah tempatnya peti emas yang tersembunyi.

 

Kira-kira satu tahun lebih orang ini menempati rumah tersebut, pemilik rumah itu mengadakan sedekah besarbesaran. Bahkan sampai memotong kerbau segala. Kira-kira seminggu selesai sedekah dia minta pamit untuk meninggalkan rumah di pinggiran jembatan Sindang itu. Setelah ditinggalkan, besok harinya berbondong-bondong penduduk desa Sindang untuk membongkar rumah yang masih berdiri itu, karena rumah tersebut bahan-bahan bangunannya tidak dibawa. Kalau mau dijual siapa yang mau membelinya, disamping angker dan rawan, jauh dari keramaian.

 

Setelah masuk ke kandang ayam untuk membongkarnya, ternyata disana terlihat dua buah peti emas yang sudah kosong. Terpikirlah oleh semua penduduk Desa Sindang, ternyata orang asing itu membangun rumah di sini hanya untuk mengambil barang berharga berupa harta karun bekas peninggalan Belanda.

 

Selain itu, banyak pendapat yang dihimpun penulis yang mengatakan, sudah banyak bos-bos kopi Desa Bengko yang mampu mendirikan bangunanbangunan bertingkat di kota Curup dan Lubuk Linggau Sumsel, dan kota Bengkulu selain banyak mendapatkan hasil laba kopi, juga karena di antara mereka sudah banyak yang mendapatkan harta karun peninggalan Belanda. Hanya saja, mereka diam seribu bahasa tentang penemuannya Ini.

 

Sebuah pengakuan disampaikan oleh Awi, adik kandung seorang pengusaha kopi terkenal di desa Bengko kepada Misteri. Kedua kakak kandungnya sukses karena selain mampu mendirikan bangunan bertingkat di Curup dan Lubuk Linggau, juga di Jakarta dan Bekasi. Menurut Awi, suatu ketika mereka melakukan sebuah proyek penggalian harta terpendam yang dilakukan secara diam-diam.

 

Lain pula pengakuan Anjas, asli penduduk Pagar Alam yang tinggal di desa Bengko. Menurutnya, sebenarnya sudah lama orang tuanya bisa mendapatkan harta karun di pedalaman Desa Bengko. Akan tetapi menurut pendapat ayahnya, kalau mau mendapatkan harta karun yang dimaksud, harus menggunakan tumbal manusia. Tidak boleh menggantikan dengan tumbal lain. Bahkan menurut Anjas lagi, andai saja harta karun tersebut bisa diambil dengan menggunakan tumbal sejenis kerbau saja bukan tak mungkin harta tersebut sudah menjadi rebutan banyak orang. Terlebih lagi orang yang menggunakan ilmu kanuragan yang tinggi. Hingga sampai sekarang harta karun tersebut masih sebuah misteri bagi banyak orang.

 

Lain pula pendapat Haji Hasan Sepuluh. Menurutnya, di daerah Talang Pasemah, 10 Km. dari desa Bengko, masih ada tersembunyi harta karun yang terbukti keberadaannya. Di tempat tersebut, masih banyak terdapat tanggultanggul besi tua peninggalan Belanda. Menurut Haji Hasan, sewaktu dideteksi dengan Georadar, terekam sinyal di kedalamannya memang terdapat logam berharga. Bahkan di tempat ini juga sering orang-orang beritual berminggu-m nggu untuk mengetahui secara pasti letak peti emas harta karun yang di maksud.

 

Menurut Jono, beberapa waktu yang lalu, warga kota Curup yang satu ini dengan terang-terangan mengaku kepada penulis, “Saya pernah Ikut mencan harta karun di Sindang. Bahkan tidak tanggung-tanggung. Kami membawa radar pencari harta karun juga bentual di tempat-tempat sunyi di sek tar pedalaman Sindang.”

 

Menurutnya lagi, sebenarnya begitu susah untuk mendapatkan harta tersebut. Selain harus benar-benar berjodoh, harta karun tersebut juga begitu sering dipindah-pindahkan oteh jin yang menjadi penghuni barang berharga tersebut. “Akibatnya pekerjaan kami menjadi siasia saja, bahkan hanya membuang modal mencapai puluhan juta dalam sekait pencarian,” tegas Jono.

 

Dengan banyaknya ditemukan harta karun di sekitar pedalarnan Desa Bengko dan Sindang, tak heran kedua daerah ini sekarang menjadi tempat pencanan harta karun yang sangat terkenal. Khususnya di Kabupaten Rejang Lebong dan sekitarnya. Karena terbius dengan berbagai cerita menarik itu, tak sedikit orang yang mengadu nasib dengan cara nekad beritual berminggu-minggu, bahkan sanggup mengeluarkan biaya yang banyak demi tercapainya harta karun yang diinginkan. Mampukah para pencan barang berharga itu menemukan barang yang dimaksud. Seperti disinggung di muka, Semuanya sangat tergantung pada “garis tangan” dan kemampuan menaklukkan jin yang menguasainya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: SANDARAN HIDUP

KyaiPamungkas

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: Berbahagialah, di Mana pun Anda Berada

KyaiPamungkas

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: Dengarkan, Perasaan Akan Memberitahu Sesuatu

KyaiPamungkas
error: Content is protected !!