Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Kisah Kyai Pamungkas: BICARA DENGAN MAYAT KORBAN PEMBUNUHAN

Kisah Kyai Pamungkas:

BICARA DENGAN MAYAT KORBAN PEMBUNUHAN

 

PETANG TERUS BERANJAK MENUJU MALAM. SUARA BURUNG-BURUNG LAYANG BERCUIT-CUIT DI BAWAH LANGIT BIRU. SESAAT KEMUDIAN GEROMBOLAN HEWAN UDARA ITU PULANG KE SARANG, MENYELESAIKAN TUGAS MEREKA YANG HARI ITU BEGITU MELELAHKAN. MENDUNG MENGGANTUNG TEBAL DI BALIK LANGIT, SEMENTARA ITU HUJAN GERIMIS BERGERINTIK MEMECAH PERMUKAAN LAUT. BURUNG ELANG YANG TADINYA MENGAPUNG DI UDARA MENGINTIP IKAN KECIL, KEMBALI PULANG KE SARANG MENEMUI ANAK-ANAK MEREKA DI ATAS POHON BERINGIN TUA YANG BERANTING KERING.

 

Langit di ufuk barat Pulau Bidadari dalam gugusan Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta sudah makin menguning. Sementara itu matahari sudah beberapa saat lalu tenggelam ke peraduan. Sementara bintang-bintang mulai terlihat jelas bertaburan di angkasa kelam. Tapi petang itu menjadi petang yang aneh. Sebab sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa bila langit mendung dan turun hujan, bintang di langit tidak akan dapat terlihat. Namun kali itu, walau langit mendung dan hujan telah tertumpah, toh bintang-bintang tetap terlihat juga dengan jelas sampai ujung batas pandangan.

 

Sementara itu, gelombang laut bergemuruh akibat terpaan angin topan yang begitu cepat. Ombak Laut Jawa naik tiga meter dan menerjang beberapa pohon payau di pesisir pantai. Tak ada kapal dan perahu nelayan yang melintas petang itu. Saat itu adalah saat angin barat yang mega dahsyat. Tak ada seorang pelaut pun yang berani menghadapi alun yang begitu tinggi. Selain celaka fisik, nyawa juga akan jadi taruhannya bila berani menerjang ganasnya alam petang itu. Semua pengendali kendaraan air saling berhitung untuk berlayar karena badai karinena akan mengehempaskan transportasi laut apa saja yang ada. Bahkan pada bulan terakhir, sudah dua puluh kapal pengangkut kayu yang terseret arus, lalu dihempas badai dan membawa mereka menghantam karang. Bahkan salah satu dari kapal kandas itu menghantam bagian ujung bungalow tempatku bekerja.

 

Karena tak ada pekerjaan dan orangtuaku hidup di bawah garis kemiskinan, maka aku terpaksa bekerja sebagai penjaga bungalow Legian Resort di Pulau Bidadari. Di sini aku bekerja sebagai Satpam Air, yang tugasku adalah mengawasi perahu maling yang sandar dan biasanya si maling menguras harta benda penghuni Legian Resort. Tugasku mengawasi dan mengamankan wilayah perairan Pulau Bidadari yang berluas sekitar 10 hektar dengan berjalan kaki. Terkadang bila bisa dilewati sepeda ontel, aku berkeliling naik sepeda ontel yang disediakan oleh Legian Resort untuk pelanggan resort. Selama lima tahun bekerja dengan gaji di bawah standar di situ, aku menemukan masalah besar yang nyaris merenggut nyawaku. Pertama adalah masalah gelombang laut yang mirip tsunami yang pernah menyeretku ke tengah laut, kedua ancaman dari para maling yang pernah memukulku dengan kemudi hingga aku masuk rumah sakit. Ketiga adalah ancaman buaya laut yang pernah menggigit kakiku saat aku melintas di hutan payau. Sebenarnya aku sudah melamar kerja di tempat lain di darat, agar aku bekerja lebih aman, nyaman dan jauh dari marabahaya. Tapi karena tidak diterima, maka aku bertahan di situ. Walau gaji kecil dan penuh bahaya, aku masih tetap bertahan demi membantu ekonomi orangtuaku yang tinggal di gang sempit dengan rumah reot di Plumpang, Tanjungpriok, Jakarta Utara.

 

“Bila kamu sudah tidak kuat di sana, sudahlah, balik aja ke Jakarta dan dagang pempek lagi di Pasar Plumpang ini!” kata Ibuku, menyarankan.

 

Tapi tidak, walau sesulit apapun, seberat apapun pekerjaanku di Pulau Seribu yang berjarak 160 mul laut dari rumahku, demi ibu dan bapak, aku harus tetap bekerja di sana sampai dapat pekerjaan baru yang lebih baik di darat.

 

Tanggal 13 Desember 2007, pukul 23.45 WIB, seorang turis wanita berparas cantik asal Singapura tewas di Bungalow Praya, Legian Resort. Kematian itu mengagetkan management, hingga manager Legian Resort, Pak Liem Suhandoyo, panik. Bahkan big boss, Tan King, pemilik resort sampai merencanakan berlayar dengan kapal Yacht nya dari Marina Ancol untuk menyelesaikan kasus itu. Tapi karena ombak begitu besar, Yacht tuan Tan King batal melaut. Dan Tuan Tan King memerintahkan pada Liem Suhandaya untuk menahan mayat sampai ombak dan gelombang laut menjinak. Maka itu, mayat wanita Singapura bernama Melanie Pong itu ditahan di kamar bungalow yang disewanya.

 

Peristiwa kematian Melanie Pong diperkirakan over dosis kokain. Di kamar tidurnya ditemukan jarum suntik dan bungkusan kokain dan penghisap sabusabu. Sementara teman prianya yang semula ada di kamar, menghitang entah ke mana. Pria yang bertampang India itu raib setelah mengetahui bahwa pasangan tidurnya itu tewas di kamar mandi. Ke mana larinya pria itu, tidak dapat diketahui. Saya sudah mencari keliling pulau Bidadari, tapi laki-laki bertato itu tidak ditemukan. Bila dia lari keluar pulau, dia naik kendaraar apa, karena tidak ada satupun perahu atau kapal yang sandar di situ. Bila dia berenang ke Bandar Jakarta, pastilah dia mati di tengah laut, karena selain jarak renang yang sangat jauh, tapi juga gelombang begitu besar dan pria itu pastilah digulung ombak.

 

Mayat Melanie disemayamkan malam itu di Bungalow Citra. Di Bungalow inilah mereka tinggal selama dua hari belakangan ini. Pak Liem menugaskan aku menjaga mayat itu. Hanya aku seorang diri menunggui jasad gadis cantik itu di ruang depan Bungalow Citra itu. Baru kali itulah seumur hidupku menjaga mayat. Apalagi mayat yang kujaga adalah mayat yang mati penasaran. Kata kakekku, yang ahli mistik, bila seorang yang mati karena penasaran, mayatnya akan bangkit dan menjadi hantu. Ada rasa takut bergelayut dalam batinku. Padahal selama ini, aku tidak pernah takut sedikitpun selama bertugas di Pulau Bidadari. Jangankan kepada hantu, kepada buaya laut aja aku tak takut. Bahkan buaya yang ganas itu justru mati di tanganku. Tombakku menghujam di punggungnya dan buaya itu tewas seketika. Kulitnya kubuat samak dan kujual untuk dibuat tas dan dompet di Pasar Ular, Tanjungpriok.

 

Tapi kali ini aku benar-benar menjadi takut. Padahal jam di tanganku sudah menunjukkan angka pukul 03.45 pagi, yang berarti sebentar matahari akan terbit di timur Bungalow Legian. Berulang kali aku memandangi wajah mayat itu. Makin kupandang, makin misterius wajah gadis Singapura itu. Walau nampak begitu cantik dan seksi, tapi semua keindahan bentuk fisik itu tidak mengundang rasa kagumku. Apalagi sampai jatuh cinta. Oh, tidak, tidak, gadis itu adalah mayat, jenazah yang rohnya sudah keluar dari tubuhnya dan pergi ke alam Barzah. Rasa yang kurasakan pagi itu hanya takut dan takut. Was-was dengan jantung yang terus menerus deg-degan. Benar-benar rasanya jenazah gadis itu membuat aku jadi sakit jantung. Mayat yang kutunggu ini adalah mayat korban narkotika dan belum diketahui sesungguhnya kasus kematiannya. Hanya polisi yang berhak menentukan, gadis itu mati over dosis atau malah mati dibunuh teman kencannya. Jenazah korban dipastikan karena over dosis, tapi bukan tak mungkin pula karena pembunuhan sadis. Sebab pada kepalanya ada luka menganga, akibat benturan benda keras. Benda itu bisa alat pembunuh tapi bisa pula siku-siku kamar mandi bungalow, di mana dia tajuh lalu kepalanya terbentur kayu pintu kamar mandi.

 

Saat memandangi wajahnya yang ke sekian kalinya, tiba-tiba mulut wanita itu bergetar. Beberapa saat kemudian, mulut itu membuka dan wanita itu merintih kesakitan.

 

“Tolong, tolong, tolong saya!” desisnya. Oh Tuhan, gadis itu belum mati, mungkin selama beberapa jam lalu dia hanya koma dan butuh bantuan. Aku segera menghambur ke rumah dinas Pak Liem Suhandoyo. Pak Liem langsung terbangun dan berlari bersamaku ke Bungalow Citra tempat gadis itu berada.

 

Sesampainya di depan si gadis, ternyata mulut gadis itu diam saja. Malah sekarang sudah kelihatan pucat. Gadis itu tidak lagi mengeluarkan suaranya dan nampak dia mati betulan. Nyawanya tak ada lagi. Jantungnya tidak lagi berdetak dan nadinya sudah mati.

 

“Mana, mana katamu dia masih hidup? Sudah mati dia, sudah mati, toh nyawanya sudah enggak ada. Kamu bohong… kamu paranoid, mana… katamu… mulutnya bicara. Bagaimana orang mati bisa bicara?” bentak Pak Liem kepadaku. Ya, Pak Liem marah-marah dan aku menjadi sangat malu dan terpojok.

 

“Demi Allah Pak, tadinya mulutnya bergerak dan mengucap minta tolong. Saya orang Islam Pak, Demi Allah saya benar-benar mpendengar dan melihat mulutnya bergerak dan minta tolong!” kataku.

 

“Ei, frek, kamu. Bohong kamu, sekali lagi begini awas saya pecat kamu!” tekan Pak Liem.

 

Aku hanya terdiam dan sedih. Akhirnya aku minta maaf kepada Pa Liem dan mohon agar aku tidak dipecat karena kesalahan itu.

 

Dengan aroma kesal, Pak Liem pergi meninggalkan aku dan mayat itu. Aku hanya tertunduk lesu di depan jenazah dan berfikir jauh, mengapa mayat itu bicara beberapa waktu lalu, lalu kemudian diam saja setelah Pak Liem datang. Lamunanku jauh memikirkan nasib. Pikirku, sudah gaji kecil, pekerjaan berat, toh masih diperlakukan kasar oleh bos. Dikit-dikit aku diancam pecat dan diteror oleh omongan yang melecehkan. Batinku, bila aku cepat dapat pekerjaan lain, aku segera keluar dari pekerjaan itu dan memukul Pak Liem yang kasar itu. Rasanya dendamku pada si Liem itu benar-benar berkarat dan aku harus menuntaskannya pada suatu waktu. Aku akan memukul dia dan membuat dia tumbang walaupun apa yang akan terjadi. Sakit, sakit sekali hatiku dibuat oleh Tionghoa asal Jawa itu.

 

Tapi aku menyadari betul bahwa posisi Pak Liem sebagai manager dalam keadaan goncang. Sebab kematian gadis cantik di Bungalow Legian ini akan membuat posisi Pak Liem terancam. Bos besar yang baik hati, Tionghoa asal medan, Mr Tan King itu, sangat marah pada Pak Liem dan Pak Liem terancam dipecatnya. Karena kelalaian Pak Liem, maka gadis itu mati mengenaskan di Bungalow Legian.

 

“Kau kurang pengawasan, bagaimana bisa di Bungalow itu ada penghuni yang main kokain dan mati karena over dosis?” tekan Tuan King, saya dengar dari telponnya, yang dihandsfree oleh Pak Liem di dekatku.

 

Walau ada perasaan takut, tapi aku tidak boleh tenggelam oleh rasa takut itu. Bila aku ketahuan takut, maka aku akan dipecat oleh Pak Liem dan tidak diperkenankan lagi bekerja di Bungalow Legian. Karena takut dipecat, maka kuberani-beranikan dir menjaga mayat gadis berwajah oriental itu itu. Beberapa saat kemudian, kupandang lagi gadis itu. Kali ini, mulutnya kembali terbuka dan pelan-pelan bicara.

 

“Tolong, tolong aku. Tolong selamatkan aku. Aku butuh bantuan kalian. Tolong, tolong!” imbuh mulut jenazah itu.

 

Jantungku kembali bergetar dan nyaliku kontan menjadi ciut. Oh Tuhan, apa yang terjadi pada mayat ini, di mana dia kelihatan mati tapi kok bisa bicara. Kalau dia hidup, tapi kok jantungnya tidak berdetak dan nadinya sudah menjadi dingin.

 

Pada saat dia terus berceloteh minta tolong, aku segera bangkit dan memberanikan diri mendekat. Kudekati mukanya dan kudengar dengan seksama kata-kata yang dikeluarkannya.

 

“Maaf Mbak, maaf ya.. sebenarnya Mbak ini sudah meninggal atau masih hidup sih? Kalau masih hidup, katakan, aku akan memanggil Pak Liem dan Pak Liem akan senang sekali karena dia akan selamat dari pemecatan posisinya sebagai manager bungalow ini. Kalau Mbak benar-benar sudah mati, katakanlah, bahwa Mbak sudah meninggal dan besok akan dibawa ke RSUP Cipto dan divisum oleh polisi dan dilakukan forensik. Seharusnya malam ini dibawa langsung, tapi gelombang laut sangat besar dan tidak ada satupun kapal yang bisa berlayar ke pulau ini!” tukasku, harap-harap cemas.

 

Sebuah keanehan terjadi. Mulut mungil gadis cantik itu berucap. “Saya sebenarnya sudah mati, tapi saya minta tolong supaya teman kencan saya yang sedang bersembunyi dibawa ke sini, dia masih di pulau ini dan bersembunyi di loteng bungalow ini. Dia harus bertangung jawab dengan perbuatannya!” bisiknya, pelan dan sayup-sayup sampai terdengar di telingaku.

 

“Kenapa teman kencanmu itu?” tanyaku, setengah gila, yang melayani mayat bicara dan mendengarkan apa yang diinginkannya.

 

“Dia yang telah menyuntikkan kokain secara belebihan kepadaku sehingga jantungku berhenti berdenyut. Dialah yang memaksaku untuk melakukan itu dan dialah yang bertanggungjawab karena aku mati di tangannya. Kepalaku ini memang bukan akibat pukulannya, tapi akibat aku terjatuh di kamar mandi dan terbentur benda keras. Tapi carilah dia, bawalah dia ke depan jenazahku. Katakan padanya, jadi laki-laki janganlah pengecut. Dia yang berbuat, dia harus bertanggung jawab. Apalagi, saya sekarang dalam keadaan hamil. Ada janin di dalam perutku ini!” lirihnya.

 

Duh Gusti, fenomena apa ini? Mayat yang sudah jelas-jelas mati, kok bisa bicara dan aku bisa mendengarkannya? Tapi, atas permintaannya itu, aku naik loteng dari bak kamar mandi. Di atas bak ada pintu kecil yang bisa ditutup dan dibuka. Mungkin, apa yang disebut gadis itu benar adanya. Bahwa pasangan kencannya yang bernama Sunjay Haren itu ada di sana. Dengan langkah pasti aku menaiki bak dan meloloskan diri ke loteng bungalow. Oh Tuhan, benar saja, pria India itu ada di situ dalam keadaan takut dan cemas. Wajahnya pucat pasi karena takut tertangkap dari senter 12 volt ku.

 

“Kamu harus turun dan jangan takut. Kamu harus bertangungjawab, arwah gadis itu meminta kamu turun. Ayolah, jangan sampai saya marah dan menembakmu. Turun!” bentakku, bergaya Satpam profesional. Padahal, menembak dia, mana mungkin? toh aku tidak punya pistol. Senjata tugasku hanya pentungan karet yang sudah lapuk dan rombeng-rombeng karena duri payau. Tapi untunglah, pria itu menurut apa kataku dan dia turun mendekati mayat. Gadis itu menjadi tenang dan mulutnya tersenyum, walau dia tidak lagi mengucapkan sepatah katapun.

 

Arkian, dia sudah benar-benar jadi jenazah dan besoknya dijemput polisi. Sedangkan Sunjay Haren, ditahan dan menjadi tersangka pembunuhan tanpa rencana. Tuduhan polisi kepadanya, karena akibat kelalaiannya, maka menyebabkan kematian Melanie Pong. Tuduhan lain, terbukti sebagai pengedar narkotika dan pemakai obat-obat psikotropika. Hukuman Sunjay, bisa 15 tahun sampai seumur hidup.

 

Alhamdulillah, sejak berdialog dengan mayat Melanie di Pulau Seribu itu, aku jadi berkemampuan supramistik untuk dapat berdialog dengan mayat. Sekarang ini, kemampuanku itu digunakan banyak orang untuk berbicara kepada mayat. Terutama mayat korban pembunuhan yang Dark Number, artinya korban pembunuhan “misterius” yang tidak diketahui siapa pelakunya. Pada suatu malam Jumat Kliwon, arwah kakekku datang, Kakek Markoni Hasan, yang menyebut bahwa ilmu turun temurunnya dapat berdialog dengan mayat itu, telah turun padaku. Aku telah kejatuhan sampur ilmu dialog dengan mayat dan dipesan oleh kakek, bahwa aku harus membantu polisi dalam mengungkap pristiwa pembunuhan Dark Number. Sekarang aku tidak bekerja lagi di Bungalow Legian dan aku praktek supranatural khusus berbicara pada mayat, membantu polisi mengungkap misteri kematian korban pembunuhan di seluruh Indonesia. Pekerja tidak resmi ini tidak banyak diketahui orang dan aku telah melakukannya secara diam-diam dan tersembunyi. (Kisah musykil ini dialami oleh Dani AY, mengungkap cerita ini untuk penulis-Red). Wallahu a’lam bissawab ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: SILUMAN CANTIK PANTAI UJUNG PANDARAN

adminsusuk

Ijazah Kyai Pamungkas: Ilmu Pembuka Pintu Rezeki, Silahkan Diamalkan

adminruqyah

Ijazah Kyai Pamungkas: Ilmu Hikmah Rijalul Ghaib, Silahkan Diamalkan

adminruqyah
error: Content is protected !!