Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Panggonan Wingit: WALET PANTAI KARANG BOLONG

Panggonan Wingit: WALET PANTAI KARANG BOLONG

Memungut sarang walet di Karang Bolong amat menantang bahaya. Namun, atas izin Nyi Roro Kidul, bisa diambil tanpa mengganggu keselamatan. Hati-hati, yang berbuat kejahatan akan berhadapan dengan penguasa Laut Kidul…

 

PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, persentase terbanyak dihasilkan melalui pengambilan sarang burung walet yang terdapat di Pantai Karang Bolong. Harga sarang burung walet kualitas terbaik kini mencapai puluhan juta/kg. Tak heran jika kemudian banyak orang berduit yang berusaha membudidayakan burung yang satu ini. Tapi, kabarnya tak mudah membudidayakan walet. Disamping dibutuhkan ketelatenan, guna membudidayakan hewan ini juga dibutuhkan ritual-ritual tertentu yang syarat dengan aroma mistik. Menurut keterangan Wardiman, salah seorang pemilik penangkaran walet di daerah Kebumen, salah satu ritual tersebut adalah membakar Apel Jin pada tiap malam Jum’at Kliwon.

 

“Saya percaya walet itu memiliki semacam dewa. Karena itu ia perlu diberi makan Apel Jin,” tegas Wardiman.

 

Para penangkar lain mungkin saja tidak melakukan ritual seperti yang menurut Haji Bakri yang juga memilil rumah walet, agar burung ini betah, cepat berkembang biak dan bersarang banyak, ada suatu amalan khusus yan perlu diwiridkan setiap malam.

 

“Tapi memang ada juga yang membudidayakan walet hanya dengan teknik yang alam tapi biasanya yang semacam ini kurang berhasil kalau dibandingkan dengan yan dibumbui ritual gaib,” tambahnya.

 

Khusus mengenai sarang walet yang terdapat di tebing dan goa-goa pantai Karang Bolong, semuanya memang ada dengan sendirinya. Dengan kata lain keberadaan walet ini bukan karena ada orang yang membudidayakannya. Namun, kabar yang santer terdengar, di daerah itu, burung-burung walet kono merupakan piaraan Nyi Roro Kidul, karena itu tidak sembarang orang bisa mengambilnya.

 

Menurut keterangan Mbah Legi, penduduk asli Karang Bolong setiap tiga bulan sekali berlangsung panen sarang burung walet. Dalam sekali pengambilan rata-rata menghasilk antara lima puluh hingga seratus kilogram sarang. Jadi bisa dihitung, berapa PAD kabupaten itu khusus dari sarang burung dalam setahun.

 

Disamping sarang walet yang berwarna putih seperti lilin, akhir-akhir ini sarang kepinis (sejenis burung wali) pun sudah sudah laku dijual deng harga yang lumayan mahal.

 

Ketika diberi pertanyaan ini, Heru hanya senyum. “Mana bisa kaya dari hasil menjadi petugas parkir kayak begini, Mas!” tuturnya.

 

Ia melanjutkan, kendati di Karang Bolong banyak didapat sarang burung walet, namun kepemilikannya tak sembarangan, bahkan sarang di gua-gua alam Karang Bolong semuanya merupakan milik Pemda. Tak ada yang milik pribadi.

 

“Petugas pengambil sarang burung walet sudah ditentukan, yaitu para keturunan terdahulu, jumlahnya hanya 30 orang,” tutur Heru. Mereka digaji secara tetap, perbulan dan dapat bonus setiap panen. Kalau tak sedang panen, mereka bertugas sebagai penjaga keamanan sarang-sarang burung walet itu. Sebab kalau tak dijaga, pencuri pasti masuk,” tutur Heru lagi.

 

Menurut Informasi yang berhasil dijaring penulis, sejak 1999 sudah sekitar 10 pencuri yang tertangkap.

 

“Bahkan satu orang di antaranya kecemplung Iaut dan tak bisa ditemukan lagi.”

 

Menurut data yang diperoleh penulis, sarang burung walet di Karang Bolong, mulai ditemukan pada sekitar tahun 1720 oleh seorang lurah setempat bernama Sadrana. Sang Lurah segera melapor ke Kartasura, bahwa di pantai sejatan ada sarang burung yang bisa jadi makanan sedap dan menambah kesehatan. Sultan segera mencicipi. Dan terbukti benar. Di samping enak, gurih, lezat, makanan ini bisa menambah kekuatan lelaki. Maka tahu akan manfaatnya yang besar, pemerintah segera mengambil alih penguasaan keberadaan sarang burung tersebut. Begitu yang berlaku hingga kini.

 

Untuk memanen sarang burung walet di goa-goa alam dan tebing di Karang Bolong sungguh merupakan pekerjaan yang menantang bahaya. Untuk itu diperlukan keberanian yang tinggi. Bayangkan saja, semua habitat burung walet atau kepinis, membuat sarang di gua-gua alam. Gua di Karang Bolong rata-rata berada di bibir jurang tepi laut. Gua itu rata-rata tingginya 30 meter, di bawahnya permukaan laut yang kadang-kadang penuh dengan tonjolan karang yang keras. Kedalaman lautnya sendiri srata-rata 10 meter dengan gelombang yang tinggi dan suaranya membahana menggetarkan jantung apabila menghantam bebatuan.

 

Burung akan membuat sarang pada langit-langit gua. Bisa dibayangkan, bagaimana orang susah payah mengambil sarang-sarang itu. Ada dua jalan untuk mengambil Sarang burung di gua. Jalan pertama, melalui punggung bukit, lalu menggolosor turun di bibir jurang menggunakan tambang atau tangga bambu.

 

Di langit-langit gua, rentangan bambu sudah dipasang untuk bergelantungnya para pengambil. Jadi, petugas mengambil sarang burung melalui rentangan dan jaringan bambu-bambu Itu. Kalau mereka jatuh, maka buih gelombang lautlah yang menyambutnya.

 

Jalan kedua melalui laut dengan menggunakan perahu dan masuk ke mulut gua. Perahu harus berusaha mepet ke dinding karang agar petugas bisa loncat dan menaiki tangga bambu yang dipasang di sana. Namun bila gelombang tengah besar, maka perahu yang oleng amat menyulitkan petugas. Beberapa kali pernah terjadi, perahu terseret gelombang dan menabrak batu karang di dalam gua. Bagi petugas pengambil sarang burung walet, maka jalan pertama saja yang ditempuh, yaitu dari punggung bukit, kendati untuk naik dulu ke bukit perlu merambah jalan setapak sejauh hampir 2 km dengan ketinggian yang lumayan curam.

 

Sementara itu, para pencuri selalu memilih jalan laut dengan resiko tinggi. Mereka harus masuk ke gua di malam hari tanpa penerangan agar tak diketahui penjaga. Melihat medannya yang cukup berat, tentu nyawalah taruhannya.

 

Melihat dari dekat tata kehidupan masyarakat sepanjang pantai Karang Bolong, hingga kini masih sangat kuat dipengaruhi kepercayaan akan adanya penguasa laut. Di pantai itu, yang amat dihormati dan disegani adalah Nyi Roro Kidul. Mengingat tingginya penghormatan Itu, maka setiap acara pengunjuhan (mengambil sarang burung walet) sebelumnya harus diawali dengan tata upacara yang intinya minta izin kepada penguasa Laut Selatan. Sebagai embel-embel dari upacara inti, rakyat mengadakan selamatan lain sambil mengadakan berbagai pertunjukan seperti Wayang Kulit, Tayub, Topeng, Kuda Kepang dan lain-lain.

 

Hingga kini, masih ada pantangan yang unik yaitu pada hari sedekah, siapapun tak diperkenankan menggunakan pakaian warna hijau muda karena itu adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul. Di pantai Penyu misalnya, sempat ada wanita kesurupan hanya lantaran menggunakan pakaian dengan warna yang disenangi Nyi Roro Kidul.

 

Goa-goa walet di pantai Karang Bolong juga penuh dengan cerita aneh. Salah satunya, pernah ada pencuri menaiki tebing sarang burung walet, kemudian jatuh pingsan karena di sisi tebing dilihatnya ada seorang wanita berpakaian kerajaan dengan menampakkan wajah tak senang. Begitulah bila orang berbuat jahat di pantai selatan.

 

Kendati sudah minta izin, pengambilan tetap saja tak bisa dilakukan sembarang waktu. Sarang burung diambil tiap tiga bulan itu hanya dilakukan pada Musim Karo (kira-kira jatuh pada Agustus), Musim Kapat (kira-kira jatuh pada Oktober), Musim Kapitu (kira-kira jatuh pada Januari) dan Musim Kasanga (kira-kira jatuh pada Maret).

 

Kegiatan pengambilan sarang burung walet di Karang Bolong sebenarnya bisa jadi moment wisata. Namun sayangnya, atraksi pengambilan sarang burung walet tak bisa disaksikan orang banyak sebab untuk menuju ke mulut gua akan sangat membahayakan. Lagi pula, burung walet tak suka didatangi banyak tamu. Kalau ada orang asing (bukan petugas tetap) masuk ke gua, banyak burung yang kabur dan pindah tempat.

 

Namun, pantai Karang Bolong sendiri kini telah menjadi obyek wisata. Tiap hari libur pengunjung banyak ke sini. Kalau mereka ingin mengetahui tatacara pengambilan sarang burung walet, di gua-gua lain yang tak bahaya, dibuat tiruannya. Di langit-langit gua karang dibuatkan jaringan dan rentangan bambu. Di beberapa sudut bergelantungan boneka dan dilihat selintas persis orang tengah mengambil sarang burung di langit-langit gua, Itulah atraksi yang aman dilihat turis. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: GELAP MATA, MASUK PENJARA, HANCUR RUMAH TANGGA

KyaiPamungkas

Kyai Pamungkas: Pakar Susuk Terbaik di Indonesia

adminruqyah

Kisah Kyai Pamungkas: RUMAHKU SARANG KUNTILANAK

KyaiPamungkas
error: Content is protected !!