Kisah Kyai Pamungkas: FENOMENA WANITA DUKANA
Jumlah Wanita Dukana ternyata cukup signifikan. Ada ribuan di Jakarta, dan ribuan lagi tersebar di beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Selain menolak kodrat menikah dan beranak, Wanita Dukana ternyata punya “persekutuan” mistik dan melakukan ritual mistik di kaki gunung. Untuk apa?
Tentu tak mudah menjawab pertanyaan itu. Dari kabar yang berhasil diendus Misteri, kegiatan ritual yang mereka lakukan di lereng Gunung Pangrango, Sukabumi, salah satunya dimaksudkan untuk mempertahankan eksistensi kelompok mereka. Lain dari itu, rituat tersebut juga bertujuan agar mereka tetap cantik dan awet muda. Setelah semua itu diperoleh, lantas apa target akhirnya? Apakah mereka ingin tetap sendiri dan melawan kodrat kaum Hawa pada umumnya? Ataukah mereka cukup merasa berarti dengan kelimpahan materi dan kebebasan yang didamba? Sejumlah “Wanita Dukana” yang sendiri menapaki usia yang kian menua, mengaku ingin hidup normal, punya suami dan anak-anak. Tapi, mereka sepertinya terbelit problematika mistis yang sulit dicari solusinya. Itulah kenyataan yang barangkali hanya bisa dijawab oleh sang waktu…
Ada sekelompok Wanita Dukana yang kerap melakukan ritual di lereng Gunung Pangrango. Kabarnya, ritual ini dimaksudkan agar eksistensi mereka tetap solid dan kompak…
Komunitas Wanita Dukana muncul pertama kali di Indonesia pada tahun 1986. Sponsornya adalah Christa Whitney Hansnell, wanita lulusan Stanford University Amerika Serikat yang tinggal dan bekerja di Jakarta pada sebuah perusahaan Off Shore & Drilling Company di daerah Menteng. Christa yang setiap malam mangkal di diskotik Lobby Sari Pasific Hotel ini ternyata pelan-pelan menyuntikkan pengaruhnya. Ia membius wanita kelas menengah atas Jakarta dengan iming-iming betapa enaknya hidup tanpa suami dan anak seperti yang dilakoninya. Maka tak ayal, sejak saat itu terkuak semacam trend di kalangan wanita muda hingga setengah baya yang berkarir bagus tapi menolak kodrat menikah. Mereka mau melakukan hubungan seks tapi tidak mau punya anak sendiri dan kawin resmi. Jika terpaksa melakukan hubungan intim, mereka tidak akan melakukannya dengan cinta dan bersiap dengan segala peralatan kontrasepsi. Ringkasnya, mereka emoh bersuami, hamil dan melahirkan anak.
Dari tahun 1986 hingga 2002 ini, komunitas Wanita Dukana terus berkembang, bahkan dari beberapa sumber yang diendus penulis jumlah mereka terindikasi semakin besar. Sebut saja misalnya, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh sebuah yayasan sosial pemerhati prilaku menyimpang, jumlah Wanita Dukana tercatat 1005 orang di Jakarta, 560 di Medan, 459 di Ujungpandang dan 893 di Surabaya. Data ini didapat oleh yayasan setelah menyebarkan quesioner di beberapa pub, cafe dan diskotik besar di lima kota besar tersebut.
Connie C. Rungkay, 45 tahun, salah seorang dari sekian ribu penganut Aliran Dukana di Indonesia berhasil diwawancarai penulis di Sport Cafe kawasan Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, pekan lalu. Wanita bertubuh sintal, kulit kuning dan rambut gaya youngen skop ini mengaku ikut aliran Dukana sejak tahun 1987 bersama kelompok Woman Eksecutive Group pimpinan Christa Whitney Hansnell.
“Waktu memutuskan untuk hidup sendiri dan terlibat dalam jaringan Christa aku baru berumur 29 tahun. Sejak aku sekolah di Balltimore University Amerika Serikat, aku sudah baca buku-buku yang diterbitkan oleh organisasi komunitas Wanita Dukana dan aku langsung tertarik untuk ikut di dalamnya. Begitu kembali ke Jakarta dan kenal Christa, aku seperti menemukan tempat berpijak dan mendapat wadah yang ideal untuk mewujudkan angan-anganku itu,” cerita Connie.
Pengertian Wanita Dukana, di mata Connie, adalah wanita yang menolak untuk menikah. Bagi penganut aliran Dukana, sebuah pernikahan adalah suatu birokrasi yang merampas kebebasan pribadi sebuah individu. Di dalam konsep perkawinan, yaitu terdapat dua tabiat, dua watak dan dua pribadi yang akan disatukan ke dalam satu tubuh. Ajaran agama tertentu mengharuskan wanita itu menikah dengan pria karena Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan dan harus mengembangkan keturunan. Nah, wanita Dukana adalah kelompok wanita yang menentang aturan dan dogma itu. Mereka percaya tentang adanya Tuhan, tapi tidak percaya tentang dogma yang mengharuskan orang (khususnya wanita) menikah.
“Kami tidak percaya dengan lembaga perkawinan. Prinsip hidup kami, lebih baik hidup sendirian daripada harus berdua,” tegas Connie dengan lugas.
Hidup berdua, bersuami, mutlak ada aturan-aturan tertentu yang harus dituruti dan tidak boleh dilanggar. Si lakilaki akan sangat berkuasa pada wanita sebagai ekspresi egosentrismenya kaum Adam, dengan mengatur si istri tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Sementara Wanita Dukana, adalah orang yang tidak mau masuk dalam pola aturan itu.
“Kalau aku lagi mood ke Bali saat weekend, aku akan terbang ke Bali, tak ada satupun orang yang bisa melarang, termasuk orangtuaku! Jika aku bersuami, aku tidak akan mau minta ijin dari suami karena keputusan sudah kubuat dan aku harus pergi untuk kebahagiaan pribadiku. Untuk pergi berdua suami, misalnya, aku tidak akan mau karena aku lebih senang pergi sendirian!” cerita Connie.
Bersama tiga orang teman baiknya sesama Wanita Dukana, Connie patungan beli sebuah apartement di daerah Jakarta Selatan. Connie yang bekerja sebagai manager marketing di perusahaan Glass Company, usaha joint venture Amerika-Indonesia di bidang properti, bertekad untuk tidak menikah sampai tua renta. Dia tidak takut jika mati nanti tidak ada anak cucu yang mengurus.
“Jika perlu, bila saya mati, lempar saja ke laut!” katanya sungguh-sungguh..
Ditanya soal komunitas mereka disatu tempat di Cisarua, Jawa Barat untuk melakukan upacara ritual gaib sebulan sekali di kaki Gunung Pangrango, Connie tidak dapat menyangkal. Setiap malam Jum’at Kliwon, setiap bulan, Connie mengakui bahwa mereka berkumpul dalam jumlah ratusan orang menaiki Gunung Pangrango. Katanya, ini dilakukan untuk mengadakan pertemuan dengan arwah leluhur. Setiap melakukan pertemuan dengan roh Ratu Kayangan yang menghuni Pangrango itu, mereka selalu meminta agar organisasi mereka tetap abadi dan senantiasa dalam lindungan kasih Sang Dewi. Mereka minta anugerah kebahagiaan, kenyamanan dan ketenteraman di dalam hidup walau terpaksa melanggar kodrat Tuhan untuk menikah.
Grup Wanita Dukana yang biasa melakukan ritual mistis di Gunung Pangrango ini dipimpin oleh seorang pembimbing supranatural bernama Nimas Sukma, seorang wanita lajang berusia sekitar 56 tahun yang berbisnis bidang perkapalan tapi menguasai hal-hal yang berkait dengan mistik.
Para orangtua Wanita Dukana, (barangkali) rata-rata menyesali sikap anak wanita mereka memilih hidup melajang. Para orangtua banyak yang menggunakan jasa paranormal untuk menyadarkan anak-anak mereka kembali kejalan yang ditentukan agama. Tujuan orangtua mereka supaya anak-anak mereka menikah dan mengembangkan keturunan. Ancaman supranatural itu datang dengan wujud beragam bentuk. Ada guna-guna, ada jin kiriman, ada pelet dan macam-macam. Nah, untuk melawan serangan mistik dari lingkungan sendiri itu, para Wanita Dukana melakukan ritual gaib sebagai benteng perlawanan, tolak sengkala dan tolak bala.
“Jika tidak dilakukan, satu persatu anggota organisasi kami akan mbalelo dan menikah! Padahal, dalam perjanjian yang sudah ditandatangani, semua anggota sepakat tidak akan menikah untuk selamanya,” cerita Connie lagi.
Selain benteng mistik sebagai perlawanan, komunitas itu melakukan ritual gaib supaya awet muda dan panjang umur. Mereka secara rutin mandi di aliran air Segara Anakan yang mengalir deras dari atas Pangrango. Percaya atau tidak, semua anggota komunitas Wanita Dukana ternyata sehat dan segar bugar serta nampak awet muda.
“Entah karena kami tidak terbebani soal urusan rumah tangga atau karena khasiat air itu, maka kami sehat-sehat dan awet muda. Nimas Sukma itu, walau umurnya sudah 56 tahun tapi kaya anak wanita muda umur 29 tahun!” papar Connie sambil tertawa. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)