Panggonan Wingit: MAKAM KERAMAT KI AGENG MAKUKUHAN
Ki Ageng Makukuhan, merupakan tokoh spiritual masa lalu, yang sangat berjasa bagi masyarakat Temanggung. Banyak orang ngalap berkah di makamnya, dengan berbagai tujuan. Beberapa pelaku ritual mengaku keinginannya cepat tercapai setelah melakukan ritual di sini.
Makam Ki Ageng Makukuhan ini berada di kampung Makukuhan, Desa/Kec. Kedu, Kab. Temanggung, Jateng. Sebagai seseorang yang sangat berjasa bagi kota tembakau ini, keberadaan Ki Ageng Makukuhan sangat dihormati. Ki Ageng Makukuhan dianggap sebagai pepundhen, dan ikon spiritual masyarakat Temanggung.
“Tiap hari, ada saja para peziarah dan pengalap berkah yang datang ke makam Ki Ageng Makukuhan ini. Ada juru kunci, Mbah Komari (70), yang siap melayani para peziarah 24 jam. Peziarah yang datang dari berbagai penjuru, tak hanya warga Temanggung saja, tapi juga dari berbagai lapisan masyarakat, baik kalangan pesantren birokrat, maupun masyarakat biasa.
“Selain berziarah, sekalian ngalap berkah, dengan berbagai macam pinuwunan. Asal untuk tujuan baik, silahkan saja. Tapi jika tujuannya neko-neko, Eyang Makukuhan akan menggagalkannya dengan berbagai cara,” ujar Mbah Komari menjelaskan.
Untuk acara ritual ini, selain disertai niat yang mantap dalam hati, ada juga beberapa uborampe yang harus disediakan, yakni, kembang telon dan rokok (cerutu). Menurut Mbah Komari, sudah banyak yang berhasil mencapai tujuannya, setelah ngalap berkah di makam Ki Ageng Makukuhan ini.
Sebagai bentuk keberhasilan itu, mereka akan datang kembali untuk mengadakan syukuran, dengan sajian ingkung ayam sebagai menu wajibnya. Toh begitu, Mbah Komari mengingatkan, ngalap berkah di makam Ki Ageng Makukuhan ini hanya lantaran saja, karena semua pinuwunan yang mengabulkan Yang di Atas.
Sebagai bentuk penghormatan pada Ki Ageng Makukuhan, setiap malam Jum’at Kliwon di bulan Suro, serta malam 21 di bulan puasa, selalu diadakan acara selamatan, tahlilan bersama, yang dilakukan warga setempat.
“Dari kabupaten juga, setiap setahun sekali selalu mengadakan acara grebeg Makukuhan. Ini sebagai bentuk penghormatan pada beliau, betapa jasa Ki Ageng Makukuhan pada Temanggung begitu besar,” ungkap Mbah Komari.
Makam Ki Ageng Makukuhan menyatu dengan pemakaman lainnya, dan berada dalam sebuah cungkup. Di dalam cungkup ini, makam beliau berada di sebuah ruangan kecil, diselimuti kelambu. Di sekeliling makam beliau, juga ada makam-makam lainnya, yang menurut Mbah Komari, adalah makam para muridnya.
Sebagai makam seseorang yang sangat dihormati semasa hidupnya, komplek pemakaman Ki Ageng Makukuhan ini juga masih sangat dikeramatkan oleh sebagian warga. Sangat dilarang, berlaku sembarangan di makam ini.
Ada sebuah pantangan, yang ‘wajib’ diikuti oleh setiap para peziarah dan pengalap berkah. Yakni, siapa saja sangat dilarang mengambil sesuatu, apapun itu bentuknya dari komplek makam ini. Karena kalau nekat dilanggar, maka akan bisa membawa sial, atau ada saja akibatnya.
Cerita Mbah Komari, dulu ada peziarah yang iseng mengambil sebuah batu dari komplek makam ini. Begitu sampai rumah, orang tersebut langsung jatuh sakit, dan tak bisa disembuhkan. Secara medis, ternyata tak diketahui apa penyakitnya. Atas saran orang pintar, akhirnya batu tersebut dikembalikan ke tempat semula, dan orang tersebut langsung sembuh.
“Dan larangan ini berlaku untuk semuanya, tidak pandang bulu. Warga sinipun juga pantang mengambil! apapun dari dalam komplek makam. Dulu, ada warga sini yang nekat mengambil potongan bambu dari Sini. Setiap malam, dia selalu bermimpi aneh, bambu tersebut berubah menjad ular besar, dan siap memangsanya. Karena ketakutan akhirnya bambunya dikembalikan,” cerita Mbah Komari, soal keangkeran makam Ki Ageng Makukuhan ini.
Secara mistis, ungkap Mbah Komari, di komplek makam Ki Ageng Makukuhan ini tersimpan banyak sekali benda-benda pusaka, yang tersimpan secara gaib di gunung sepethi, yang letaknya tak jauh dari makam. Pusaka-pusaka ini, banyak yang akan diambil (disedot) oleh pengalap berkah, namun tak ada yang bisa berhasil.
Dari terawang Mbah Komari, ada dua buah pusaka milik Ki Ageng Makukuhan yang sangat ampuh, bernama Tombak Kyai Panjang dan Sabuk Cindelaras. Kedua sipat kandel inilah, yang dipercaya menjaga makam Ki Ageng Makukuhan. Khodam dari tombak Kyai Panjang berupa macan putih berukuran besar. Sementara sabuk cindelaras, berkhodamkan ular raksasa sebesar pohon kelapa.
“Kedua pusaka itu yang menjaga makam Eyang Makukuhan dari tangan-tangan jahil. Tapi sebenarnya, kedua pusaka itu juga menjaga ketentraman dan keselamatan pula Jawa ini, khususnya daerah Temanggung,” ujar Mbah Komari, ayah 3 anak ini.
Itulah mengapa, kedua benda pusaka itu tak akan bisa diambil (disedot) dengan cara apapun, mengingat fungsinya sangat besar, bagi kesetamatan dan ketentraman banyak orang. Ki Ageng Makukuhan selalu menginginkan, anak turunnya selalu hidup dalam keselamatan dan ketentraman.
Menurut Mbah Komari, kedua pusaka itu juga bisa diibaratkan sebagai simbol dari keberadaan Ki Ageng Makukuhan sendiri, yakni, sebagai pikukuhe (kekuatan) tanah Jawa.
Seiain berkembangnya agama Islam di kawasan ini, jasa lain yang ditorehkan Ki Ageng Makukuhan ini bagi warga Temanggung, dalam hal pertanian dan peternakan. Konon ceritanya, adanya tanaman tembakau juga berkat Ki Ageng Makukuhan ini. Adanya cemani dan ayamayam Kedu, juga atas jasa beliau.
Saat ini, kedua komoditi di bidang pertanian dan peternakan itulah yang mengangkat nama Temanggung, baik secara ekonomi bagi rakyatnya, juga dari sisi lainnya. Selama ini, Temanggung memang merupakan daerah penghasil tembakau terbesar di tanah air.
“Sejak dulu, daerah Kedu, sudah sangat dikenal dengan ayam cemani dan ayam-ayam Kedunya. Diakui atau tidak, ini juga yang mengangkat nama Temanggung, khususnya daerah Kedu. Dan Eyang Makukuhan yang merintis semua itu,” jelas Mbah Komari.
Lantas, siapa sih sebenarnya Ki Ageng Makukuhan ini? Ada beberapa versi, terkait jati diri Ki Ageng Makukuhan ini. Sebuah Versi menyebutkan, kalau sebenarnya, Ki Ageng Makukuhan ini berasal dari Cina, yang bernama Ma Kaw Kwan.
Ma Kaw Kwan ini salah satu murid dari Sunan Kudus. Setelah dirasa ilmunya mumpuni, Ma Kaw Kwan diberi tugas untuk mengembangkan agama Islam di daerah Kedu, Temanggung.
Karena nama Ma Kaw Kwan di lidah Jawa sulit dilafalkan, maka nama Ma Kaw Kwan akhirnya disebut dengan Makukuhan. Sejak itulah, namanya lebih ngetop dengan cungkup makam Ki Ageng Makukuhan sebutan Ki Ageng Makukuhan. Ki Ageng Makukuhan juga disebut dengan Ki Ageng Kedu, karena berdakwah di wilayah ini.
Selain dikenal sebagai seorang tokoh penyebar Islam, Ki Ageng Makukuhan juga dikenal sebagai seorang petani dan peternak yang hebat. Untuk mensejahterakan para pengikutnya, Ki Ageng Makukuhan bertapa di puncak gunung Sumbing, agar diberikan bibit terbaik di bidang peternakan dan pertanian.
Saat sedang bertapa itulah, tiba-tiba saja di hadapan Ki Ageng Makukuhan terdapat beberapa benda, yang berupa bibit tanaman dan hewan, Bibitan tanaman itu, adalah bibitan tanaman tembakau. Sementara untuk hewannya, sepasang ayam cemani, serta 4 pasang ayam lainnya (ayam Kedu), yakni jenis blorok, putih, hitam serta merah.
Dari sinilah, akhirnya Ki Ageng Makukuhan mengembangkannya di bidang pertanian tembaku, dan peternakan, khususnya di ayam Kedu dan ayam cemani. Dan ternyata, hal ini berdampak baik bagi para pengikutnya. Mereka hidup berkecukupan, hanya dengan mengandalkan pertanian tembakau dan ternak ayam cemani dan ayam Kedu ini.
Apa yang ditekuni Ki Ageng Makukuhan Ini, akhirnya diwariskan pada anak turunnya, hingga saat ini. Tak heran, jika sosok Ki Ageng Makukuhan sangat dihormati warga Temanggung. Karena jasa beliaulah, Temanggung bisa dikenal sebagai daerah penghasil tembakau terbesar, serta pusatnya bagi budidaya ayam cemani dan ayam Kedu.
Tani kalau menurut Mbah Komari. Ki Ageng Makukuhan ini merupakan tokoh penyebar agama Islam yang berasal dari Arab, dan bernama Ki Abduliah Tagwin. Beliau adalah tokoh yang pertama kali datang ke tanah Jawa, untuk menyebarkan Islam, pada masa peralihan Hindu-Budha ke Islam.
Setelah berkelana keliling pulau Jawa, Ki Abdullah Tagwin ini menetap di suatu daerah, yang dikenal dengan daerah Kedu sekarang ini. Kedatangan ulama dari Arab ini, misi utamanya adalah menyebarka agama Islam. Karena menetap di Kedu, Ki Abdullah Tagwin juga dikenal dengan sebutan Ki Ageng Kedu.
Sebutan Ki Ageng Makukuhan sendiri muncul, karena setelah kedatangan beliau di tanah Kedu itu, menjadi kekuatan tersendiri di tanah Jawa. Karena dianggap sebagai pikukuhe tanah Jawa, akhirnya rramanya juga disebut dengan Ki Ageng Makukuhan.
Sebagai seorang wali, jauh sebelum wali songo ada, Ki Ageng Makukuhan juga memiliki banyak karomah (kelebihan). Salah satunya, apa yang menjadi ucapan Ki Ageng Makukuhan, akan menjadi kenyataan di kemudian hari.
“Suk mben bakal njedul wali songo ing tanah Jowo (Suata hari bakat muncul wali songo di tanah Jawa). Dan ternyata, tak lama setelah itu, wali songo benar-benar ada,” ujar Mbah Kornari, yang mendengar cerita ini dari kakek buyutnya.
Selain dikenal sebagai ahli agama, Ki Ageng Makukuhan, atau Ki Ageng Kedu ini juga dikenal sebagai petani. Tanaman yang dikembangkan Ki Ageng Makukuhan ini, adalah tembakau.
Selain itu, Ki Ageng Makukuhan juga punya hewan klangenan berupa ayam Kedu dan ayam cemani. Ayam Kedu ini, jenisnya ada empat, yakni hitam, putih, merah dan blorok. Sementara ayam cemani, ayam yang seluruh bagian tubuhnya berwarna hitam, dari bulu, kaki, paruh, lidah, daging, dan wajahnya berwarna hitam.
Menurut Mbah Komari, semua hewan klangenan Ki Ageng Makukuhan dan tanaman tembakau yang dibudidayakannya itu, didapat setelah beliau melakukan laku prihatin, dengan bertapa di puncak Gunung Sumbing. Dan kini, apa yang ditekuni Ki Ageng Makukuhan itu diwariskan pada anak turunnya. Setelah beliau wafat, akhirnya dimakamkan di Kedu, Temanggung, tempat beliau tinggal semasa hidupnya.
“Melihat kiprah Ki Ageng Makukuhan bagi bumi Temanggung ini, ternyata sangat besar. Temanggung bisa dikenal sebagai daerah penghasil tembakau dan ayam cemani, atas jasa beliau. Secara spiritual, menyebut nama Temanggung, pasti identik dengan Ki Ageng Makukuhan ini,” pungkas Mbah Komari, yang menggantikan Mbah Joyo (alm) sebagai juru kunci sejak tahun 82 itu.Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)