Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Kisah Kyai Pamungkas: MISTIS TOMBAK KYAI UPAS PENATASAN

Kisah Kyai Pamungkas: MISTIS TOMBAK KYAI UPAS PENATASAN

Masing-masing daerah, utamanya di tanah Jawa, tentu memiliki kisah-kisah mistis yang berbeda. Ini tak terkecuali berkaitan dengan pusaka warisan para leluhur mereka. Kali ini, penulis akan menyoroti sebuah kisah perihal pusaka tersebut dari daerah Tulungagung, Jawa Timur.

 

Masyarakat Tulungagung memiliki sebuah pusaka berwujud tombak yang terkenal dengan sebutan Kyai Upas Penatasan. Sebagai tanda pusaka yang dikeramatkan, setiap tanggal 10 hingga 14 Suro, dalam satu tahun sekali, tombak ini tentu dijamasi, yang dilakukan lewat serangkaian upacara sakral, yang tujuan pokoknya adalah “memandikan” pusaka bersejarah tersebut. Siang hari dijamasi oleh orang yang ahli di bidangnya, malam hari diadakan pertujukan wayang kulit semalam suntuk. Para kawula bersama para pejabat penting kabupaten, pasti hadir memenuhi undangan pewaris tombak penuh misteri ini.

 

Menurut legenda yang sudah ada secara turun temurun, ujung tombak ini berasal dari lidah ular raksasa. Kejadiannya sekitar tahun 1700-an silam. Disebutkan, ular itu awalnya anak seorang tokoh sakti. Orang sakti itu mau mengakui dia sebagai anaknya kalau si ular bisa melingkari sebuah gunung. Malangnya, kurang setengah meter lagi ular itu akan mampu melingkari gunung dimaksud, namun tatkala ujung lidahnya dijulurkan untuk “menyambung” lingkaran yang kurang sedikit itu, orang sakti itu memotong lidah si ular. Lidah itulah yang akhirnya berubah menjadi ujung tombak yang disebut Kyai Upas Penatasan.

 

Diceritakan pula, selanjutnya, Sultan Hamengkubuwono II dari Yogyakarta Hadiningrat, punya seorang menantu bemama Raden Mas Tumenggung Pringgodiningrat. Pringgodiningrat diangkat sebagai wakil Mataram, yakni Bupati Tulungagung. Tombak yang milik Sultan dibawa serta ke Tulungagung (dulu Ngrowo). Disamping tombak andalan keraton, sang menantu dibekali juga seperangkat gamelan pelokslendro bemama Kyai Jinggo Pengasih, beserta wayang purwa dan kelirnya. Wayang purwa dan kelirnya itu hingga sekarang masih tersimpan rapi oleh ahli waris, yang tinggal di Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kota, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

 

Sudah hampir dipastikan bahwa benda-benda kuno bersejarah tentu ketika membuatnya tidak sembarangan. Para moyang kita selalu tirakat dan mengadakan upacara Sakral serta membikin sesaji mengiringi pembuatan benda-benda pusaka andalan mereka tersebut.

 

Pusaka tadi tentu memiliki tuah, punya yoni dan ada penunggu gaibnya, yang menyertai wujud pusaka dimaksud. Tak mengherankan bila pusaka tombak Kyai Upas Penatasan atau disebut juga tombak Kyai Baruklinting ini memiliki karomah berbau alam gaib.

 

Sehubungan dengan karomah tombak Kyai Upas Penatasan tersebut, ada sebuah kisah aheng yang sangat menarik. Beginilah alurnya…

 

Syahdan, pada awal tahun berdirinya Mataram Islam, para bupati di pesisir utara Jawa sedang kebingungan oleh ombak laut yang ganas. Ombak dengan sebutan Alun Banteng itu telah menjungkirbalikkan banyak perahu nelayan dan langsung menenggelamkannya. Tak heran bila banyak kaula alit yang jadi korbannya.

 

Berita memilukan ini akhirnya sampai ke telinga Sultan. Maka, Sultan memerintahkan seorang bupati di wilayah itu untuk membawa tombak keratin, yakni dengan mengelilingi pantai di mana ombak bergulung-gulung dan sedang mengamuk.

 

Saat tombak di ayun-ayunkan ke arah laut, ombak yang ganas itu pun mereda, bahkan menjauh kembali ke tengah samudra.

 

Sejak kejadian ini semakin yakinlah orang bahwa tombak Kyai Upas memang memiliki tuah luar biasa.

 

Kisah lainnya menyebutkan…

 

Setelah sampai di Tulungagung, tombak Kyai Upas disimpan di sebuah ruang sudut rumah bagian barat laut. Suatu ketika, ruang penyimpan pusaka hendak diperbaiki. Pusaka dipindah ke ruang lain. Manakala para pekerja masuk ke ruang yang mau di rehab tadi, para pekerja banyak yang sakit dan pingsan.

 

Untuk menanggulanginya, di panggilah Pak Bero, seorang dukun. Pak Bero minta izin Kyai Upas untuk memperbaiki ruangan, tentu saja setelah memberikan sesaji secukupnya. Hasilnya, para pekerja pulih kembali dan pekerjaan yang sempat tertunda segera dilanjutkan.

 

Seseorang pejabat penting yang pemah memerintah di Tulungagung, mengisahkan, bahwa suatu saat dia sedang duduk di depan pendapa. Ketika itulah dia melihat seekor ular sedang melata, tak jauh darinya. Merasa terganggu dengan kehadiran ular tersebut, maka dia menuruh ajudannya untuk mengambil ular tersebut, dan memasukkannya ke sebuah wadah, diikat kuat dan digantungkan pada sebatang pohon.

 

Anehnya, tanpa diketahui bagaimana Caranya, ular itu telah musnah keesokan harinya. Wadah serta ikatan tadi masih utuh tak bergeser. Setelah di pikir-pikir, diyakni bahwa ular itu adalah ular gaib jelmaan penunggu tombak Kyai Upas.

 

Masih ada kisah lain yang tak kalah menarik. Begini…

 

Pada saat masih berkecamuk perang kemerdekaan Bung Tomo, seorang pejuang yang terkenal dengan gaya pidatonya, mengutus beberapa orang bawahannya ke Tulungagung untuk meminta izin bupati Tulungagung, kala itu P.A. Sosrodiningrat, guna membawa Kyai Upas ke garis depan.

 

Sang bupati tak keberatan dengan permintaan ini. Pusaka diserahkan ke utusan Bung Tomo tersebut. Sampai di Sumobito, Jombang, pasukan republik telah siap menghadang tentara Belanda yang diperlirakan akan segera memasuki ‘ kota. Namun apa apa yang terjadi? Tentara Belanda tak berani masuk kota dan berhenti di Curahmalang, diluar kota. Itu semua konon diakibatkan daya linuwih tombak Kyai Upas Penatasan.

 

Menurut Mas Gozali, sumber Misteri yang

 

. gemar tirakat, beberapa tahun lalu seorang warga Wajak Lor, Boyolangu, Tulungagung, mimpi bahwa dirinya akan diberikan sebilah keris oleh seseorang. Dalam petunjuk gaib yang diterimanya, orang ini juga diharuskan pergi ke kepatihan.

 

Sesuai dengan wangsit yang diterimanya, di ruang tempat penyimpanan Tombak Kyai Upas, yang disebut juga Kepatihan itu, si penerima wangsit melakukan semedi beberapa malam. Dia akhirnya harus menghentikan semedinya karena keris yang dijanjikan oleh sosok alam gaib itu telah didapat.

 

Dalam waktu-waktu tertentu, menurut kacamata Spiritual, ular jelmaan Kyai Upas sering bertapa dan tidur di beberapa batang pohon sekitar tempat penyimpanannya. Ular jelmaan ini bila siang hari akan kembali ke dalam warangka tombak Kyai Upas.

 

Pada wujud nyatanya, Kyai Upas adalah tombak dengan panjang Iandeyan (gagang untuk pegangan) kurang lebih lima meter. Saat dijamasi setidaknya harus di gotong sekitar lima orang, mulai ujung depan sampai ujung belakang tombak.

 

Di bagian pangkal dari pucuk tombak (wujudnya besi aji) ada tulisan kekuningan mirip emas, berupa goresan mirip lafadz Allah dalam huruf Arab. Inti (pucuk) tombak itu sendiri kurang lebih empat puluh sentimeter panjangnya. Pucuk inilah yang setiap tahun dijamasi dengan eksra hati-hati. Dipercaya, bila menggores kulit, maka bisa mendatangkan malapetaka.

 

Penjamasan tombak tahun ini dipimpin oleh Pak Winarto. Jumlah orang yang terlibat dalam ritual penmasan lebih dari lima orang. Mereka menjamas pusaka ini mula pukul 9.30 pagi hingga sekitar satu jam. Tentu saja para penjamas pusaka, khususnya Pak Winarto, baru mengadakan berbagai macam ritual gaib sebelum mejaksanaxan tugas keramat menjamasi tombak pusaka Kyai Upas

 

Perlengkapan yang dibutuhkan saat siramaan (memandikan) pusaka ini, adalah:

 

1. Panggang ayam tulak, ayam walik, ayam putih mulus, ayam hitam mulus, ayam blirik-blirik, dan lain-lain (7 macam).

 

2. Aneka ragam polopendem (dan hasil tanaman yang dipendam ke tanah), antara lain kacang tanah, ubi-ubian, kentang hitam, kentang putih, ketela rambat, ketela pohon dan lain-lain.

 

3. Jenang Sengkolo, bubur suran dengan lauknya.

 

4. Pisang raja ayu.

 

5. Air dari tujuh sumber dan air laut yang digunakan untuk siraman pertama.

 

6. Tebu dan Janur.

 

7. Aneka ragam ikan sungai.

 

8. Aneka ragam jajan pasar.

 

9. Daging sapi 27 macam (27 potong).

 

Sore hari menjelang siraman, atau Kamis sorenya, para wanita yang diberi tugas memasak dan membuat sesajen harus sudah siap. Untuk memasak jenang dan bubur guran disyaratkan wanita yang sudah tua, atau bahasa Jawanya Luas Sari. Hal ini sama sekali tidak boleh dilanggar, sebab bisa mendatangkan malapetaka atau tulah.

 

Selama proses siraman pusaka, dibacakan tahlil dan diiringi gamelan monggang yang iramanya terdengar mistis sekali. Setelah selesai, pusaka di kembalikan ke ruang penyimpanan, untuk dilanjutkan kendun, oleh warga sekitar dan para pejabat dan undangan yang lain.

 

Air bekas jamasan pusaka selalu menjadi rebutan banyak orang, sebab dipercaya bisa mendatangkan berkah. Mereka rela berebutan, berdesak-desakan dalam upaya mendapatkannya. Ada yang untuk membasuh wajah, yang diciprat-cipratkan ke tubuh, ada yang untuk mencuci tangan dan sebagainya, ada juga yang dibawa pulang untuk obat keluarga yang sakit, atau untuk tujuan lainnya. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Kisah Kyai Pamungkas: Batu Menagis Wonosobo

adminruqyah

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: Berbuat Baik Tanpa Mengharap Balasan

KyaiPamungkas

Kyai Pamungkas: Mistis di Dunia Malam (1)

adminruqyah
error: Content is protected !!