Konsultasi Kyai Pamungkas: KEWAJIBAN SUAMI TIDAK HANYA MASALAH MATERI
Pertanyaan:
Saya menikah dengan laki-laki yang lebih tua dua puluh tahun. Saya tidak menganggap selisih umur antara saya dan suami saya sebagai sesuatu yang memberi jarak antara saya dan suami, asalkan dengan syarat bahwa ia bisa berlaku baik dalam sikap, ucapan, dan hatinya. Sayangnya, saya tidak mendapatkan syarat ini dipenuhi. Sering kali wajahnya tidak bersahabat, perkataannya tidak enak didengar, dan perasaannya seperti “mati”.
Suami saya tidak pelit dalam urusan harta dan tidak pula menyakiti saya secara fisik. Namun, bukanlah ini yang dinginkan seorang istri dari suaminya. Saya merasakan diri saya dalam pandangannya tidak lebih daripada sekadar nampan makanan atau laboratorium untuk mendapatkan keturunan, atau sekadar sarana bersenang-senang jika ia ingin bersenang-senang. Kondisi ini membuat saya merasa tertekan menjalani hidup, apalagi saat saya melihat teman-teman sebaya saya yang hidup dengan suami mereka dengan penuh rasa cinta, kesenangan, dan keromantisan Saya pernah menyampaikan hal ni kepada suami saya, tetapi ia mengatakan, “Apakah ada hak yang tidak saya penuhi untukmu? Apakah saya tidak menafkahimu? Apakah saya tidak membelikanmu pakaian dan kebutuhan lainnya?”
Pertanyaan saya adalah apakah suami cukup dengan hanya memberikan nafkah materi untuk istrinya? Apakah masalah hati, masalah perasaan, tidak diatur dalam syariat Islam? Saya mohon penyelasan Anda dalam hal ini? Terima kasih.
Jawaban Kyai Pamungkas:
Alhamdulillah. Tuntutan materi, seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal adalah kewajiban suami kepada istri. Akan tetapi, ini saja tidak cukup. Masih ada serangkaian kewajiban suami untuk memenuhi hak-hak istrinya. Allah SWT telah memerintahkan seorang Muslim untuk mempergauli istrinya dengan pergaulan yang baik. Salah satu di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah muncul ketenangan, kasih sayang, dan cinta antara suami dan istri.
“Dan, di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (ar-Ruum: 21).
Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu tujuan hidup berumah tangga, yakni berpadu suami dan istri dalam mendapatkan ketenangan sehingga muncul kasih dan sayang di antara keduanya. Ini semua adalah pilar-pilar sentimen, perasaan, dan jiwa yang harus ada di dalam rumah tangga. Jadi, bukan sekadar materi. Tidak ada artinya kehidupan suami istri jika di dalamnya tidak ada pilar-pilar tersebut dan jiwa mereka saling menjauh.
Imam al-Ghazali menjelaskan hak-hak dan etika hubungan yang baik antara suami istri, antara lain sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, yakni bersikap baik terhadap istri dan bersabar dari keburukan istri, “Ketahuilah bahwa bersikap baik terhadap istri tidak hanya sekadar dengan tidak menyakiti secara fisik, tetapi juga harus mampu menahan diri dari keburukan istri dan bersikap pemaaf dengan kemarahan istri sebagaimana Rasulullah saw., sebagian istri-istrinya ada yang membantah perkataan Rasulullah saw., bahkan ada salah satu di antara mereka yang meninggalkan Rasulullah saw. dalam satu malam. Akan tetapi, Rasulullah saw. mengatakan, “Saya sangat mengetahui bagaimana engkau marah dan bagaimana ketika engkau ridha’ Aisyah mengatakan, “Dari mana engkau tahu?’ Rasulullah saw. menjawab, Jika engkau ridha, engkau mengatakan, “Tidak, demi Tuhan Muhammad: Jika engkau marah, engkau mengatakan, “Tidak, demi Tuhan Ibrahim: Kemudian, Aisyah mengiyakan perkataan Rasulullah saw. tersebut.”
Di antara adab-adab yang disebutkan Imam al-Ghazali, yakni menambah kemampuan menahan diri dari keburukan istri dengan cara bercengkerama, bercanda, dan bersenda gurau dengannya. Hal ini akan menyenangkan hati istri. Rasulullah saw. bercanda dengan istri-istrinya dan menyesuaikan diri sesuai tingkat berpikir mereka. Rasulullah saw. menjelaskan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling baik terhadap istrinya. Rasulullah saw. pun mencintai istriIstrinya, bercengkrama dan bersenda gurau dengan mereka, serta bersabar jika mendapati sesuatu yang tidak disukai dari istrinya. Rasulullah saw. pernah mengkhususkan Aisyah r.a. dengan penyikapan dan canda yang lebih banyak karena Aisyah r.a. usianya masih lebih muda dibandingkan dengan istrinya yang lain sehingga Aisyah r.a. membutuhkan candaan yang lebih pula.
Suami harus menjaga perasaan istrinya, tersenyum di hadapannya, dan bercanda dengannya. Meskipun Umar bin Khaththab r.a. orang yang keras dan tegas, ia mengatakan, “Di rumah, seorang suami harus seperti anak kecil. Namun, jika di luar ada yang mengusiknya, ia menjadi seorang petarung.”
Jika diperhatikan sirah Rasulullah saw. ketika berada di tengah keluarganya, Rasulullah saw. selalu memperhatikan, menanyakan, dan mendekati para istrinya. Rasulullah saw. mengkhususkan perhatian sedikit lebih besar kepada Aisyah ra. bukan untuk membeda-bedakan dengan istri yang lain, melainkan untuk menghargai kegadisannya dan usianya yang masih muda. Wallahu a’lam. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)