Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Kisah Kyai Pamungkas: ISTRIKU JADI RATU SILUMAN DI HUTAN BLANK PEUTEK

Kisah Kyai Pamungkas: ISTRIKU JADI RATU SILUMAN DI HUTAN BLANK PEUTEK

ISTERIKU DICULIK GEROMBOLAN GAM. BEBAS DARI CENGKRAMAN GAM, DIA MALAH BERNASIB LEBIH MALANG LAGI. DICULIK OLEH SILUMAN PENGUASA HUTAN BLANG PEUTEK. DI ALAM SILUMAN DIA DIANGKAT JADI RATU SILUMAN. MENGAPA HAL INI TERJADI…?

 

Kisah nyata yang sangat kental dengan muatan misteri ini terjadi jauh sebelum terwujudnya kesepakatan damai antara pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintahan RI, melalui MOU di Helsinki. Ketika itu, konflik bersenjata antara TNI dan GAM masih sering terjadi. Peperangan sporadis itu menimbulkan korban pada kedua pihak, juga masyarakat di pedesaan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang tidak tahu apa-apa. Untuk menghindari kepungan dan penyergapan pasukan TNI, prajurit GAM selalu mengadakan aksi gerilya. Salah satunya, agar jejak mereka tak mudah terendus, markas GAM pun selalu berpindah-pindah dari dalam hutan yang satu ke hutan yang lainnya.

 

Kisah berikut ini terjadi di tengah berkecamuknya kemelut antara GAM dan prajurit TNI. Berikut paparan lengkapnya yang sengaja kami tuturkan dalam bentuk pengakuan…

 

Aku warga kota Sigli, NAD, yang tidak berpihak kemana-mana, baik GAM maupunTNI. Namun aku tetap berdoa agar Bumi Serambi Mekkah menjadi daerah yang aman dan damai setelah Tuhan memberi peringatan dengan mendatangkan gempa dan gelombang tsunami yang maha dahsyat dan telah mengorbankan ratusan ribu nyawa.

 

Aku telah menikah. Isteriku tidak terlalu cantik, namun aku sangat mencintai gadis yang berasal dari Tapanuli tersebut. Sebaliknya, dia juga sangat mencintaiku. Ya, kami berdua saling mencintai dan menyayangi.

 

Perkerjaan sebagai pedagang keliling membuatku sering meninggalkan isteri di rumah seorang diri. Maklum saja, sejak menikah selama kurang lebih 3 tahun, kami memang belum dikaruniai anak.

 

Senja itu, setelah keliling menjajakan barang dagangan ke luar masuk kampung, aku segera pulang ke rumah. Di halaman kulihat ramai orang berkumpul dan berkerumun.

 

Kabar yang kuperoleh dari mereka sungguh membuatku kaget. Disebutkan bahwa rumahku telah disantroni oleh segerombolan orang yang tak dikenal, dan isteriku turut dibawa serta.

 

Kalau hanya barang berharga milikku yang disikat, pasti tidak terlalu kupikirkan. Namun orang-orang itu telah menculik isteriku, yang bagiku merupakan kekayaan yang tidak ternilai. Kenapa dia harus turut menjadi korban?

 

Aku tidak mampu memaafkan mereka. Siapapun mereka akan kuhajar meskipun nyawaku jadi taruhannya. Kemana harus kucari isteriku…?

 

Matahari senja di musim kemarau sudah akan tenggelam di ufuk barat. Fenomena cahaya merah menerpa awan, sehingga permukaan langit tersepuh warna keemasan, Dan cahaya ungu menjilati pucuk-pucuk dedaunan.

 

Dari jauh, puncak Gunung Seulawah Agam dan Inong, nampak bagaikan dua sejoli. Tegak berdiri anggun dan megah. Sebentar lagi, layung-layung senja akan berubah menjadi kelam menghitam, begitu bola raksasa matahari tenggelam di peraduannya.

 

Hari itu merupakan hari ke-10 upayaku mencari isteri tercinta yang raib diculik sekelompok begundal. Masih ada sebuah perkampungan lagi yang harus kusinggahi. Sebelum rencanaku untuk memasuki hutan belantara, di seberang bukit sana, ada kampung terakhir dimana aku bisa melaksanakan ibadah lima waktu sebelum melanjutkan perjalanan memasuki perut Gunung Seulawah Inong, dalam rangka menemukan isteriku di Blang Peutek.

 

Oleh banyak orang, Blang Peutek dikenal sebagai nama yang angker. Diriwayatkan bahwa di era agresi Jepang, di sana ribuan nyawa melayang ketika Jepang membangun lapangan pesawat terbang. Konon, tempat Itu juga telah dijadikan benteng pertahanan bagi Jepang pada saat Sekutu datang menyerang mereka.

 

Diawal kemerdekaan RI, hutan belantara Blang Peutek diperacya dihuni oleh orang Bunian dan jin-jin kafir yang ganas, berkepribadian buruk serta punya wajah menyeramkan.

 

Salah seorang tetua kampung berilmu tinggi yang kumintai tolong menerawang keadaan isteriku, mengatakan bahwa isteriku disekap oleh gerombolan yang dianggap Gerakan Pengacau Keamanan yang bermarkas di daerah itu. Meski risikonya mati, aku nekad datang ke Blang Peutek. Terlepas apakah isteriku telah dinodai atau tidak oleh gerombolan itu, yang pasti aku menginginkan dia dalam keadaan hidup. Andai telah tewas pun aku harus mendapatkan mayatnya.

 

Ketika sampai di kampung terakhir, aku langsung ke meunasah (surau, langgarred) dengan niat shalat maghrib. Seusai mengerjakan ibadah lima waktu tersebut, aku mendatangi beberapa orang yang tengah duduk di pojok. Aku mendekati mereka sambil memperkenalkan diri. Sekalian memberitahukan niatku yang akan menerusk. perjalanan di Blang Peutek. Begitu mendenga tempat angker tersebut kusebutkan, tidak aya mereka kaget dan terperangah.

 

Secara tersirat mereka mengatakan bahwa keinginanku datang kesana, merupakan tindakan nekad bunuh diri. Tapi tekadku Untuk menemukan isteriku di Blang Peutek sudah bulat, sehingga apapun risikonya akan kuhadapi.

 

Gunung Seulawah tidak nampak lagi keindahannya, kini aku sedang berada di perutnya, yang ramai ditumbuhi pepohonan besar dan tinggi menjulang ke angkasa serta akar-akarnya menembus ke perut bumi.

 

Aku berjalan di antara semak belukar yang cukup sukar dilalui. Sepi dan heningnya suara aneh dari sana-sini. Malam itu aku memutuskan untuk odur dalam sebuah goa batu yang tertutup oleh akar-akar yang berjuntai dari pepohonan di dekatnya. Berada dalarn goa yang gelap gulrta itu, malampun terasa semakin dingin. Aku coba menyalakan api dengan korek untuk membakar ranting-ranting yang kutemui di lantai goa. Sinarnya redup dan remang-remang karena api yang enggan menyala pada ranting yang masih lembab dan basah. Namun tiba-tiba suasana menjadi terang benderang, dan aku seperti berada di sebuah aula dari sebuah bangunan yang mirip istana.

 

Sesosok lelaki bersorban dan berjubah putih mendadak muncul di hadapanku. Dia memperkenalkan dirinya sebagai penguasa tempat itu.

 

“Kamu ingin mencari isterimu, bukan?” Langsung saja dia menebak. Tanpa menunggu jawabanku, sosok lelaki bersorban tersebut mengatakan bahwa istenki masih hidup. Isteriku tidak mengalami sesuatu yang perlu dicemaskan.

 

“Lalu di Mana dia sekarang, Pak?” Tanyaku.

 

“Sabar anak muda!” “Tolonglah saya, isteriku merupakan harta yang paling berharga bagi saya di dunia ini.” Pintaku dengan menghiba.

 

Sosok lelaki berjubah dan bersoban putih itu sejenak terdiam sambil menatap wajahku lurus-lurus. Kemudian lelaki yang belum terlal tua dan mengaku penguasa di hutan itu menuturkan bahwa belum lama ini telah terja perang antara orang Bunian dan siluman di kawasan hutan tersebut.

 

Menurutnya, di hutan tersebut banyak dihuni siluman pohon dan siluman gunung. Perang gaib itu berlangsung seru selama tuj hari tujuh malam, yang akhirnya dimenangkan oleh bangsa siluman.

 

mengaribatrkan perubanan Sunu udara di habitat manusia. Dalam radius 5 Km. manusia menjadi cepat lelah, karena suhu yang semaki panas.

 

“Para penculik isteri kamu tidak lain adalah gerombolan GPK yang bermarkas di sini. Mereka menjadi lemas akibat perang gaib itu. Dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh para siluman untuk menghabisi mereka. Kemudian istenmu dibawa pergi oleh bangsa siluman” lelaki berorban itu bercenta panjang lebar.

 

“Bagaimana keadaan isteriku selanjutnya?” Tanyaku, tak sabar.

 

“Seperti kamu ketahui, bangsa siluman sering memanfaatkan daya gaib mereka untuk berkolaborasi dengan manusia dalam dimensi yang berbeda.”

 

Sejenak aku tercenung. Ternyata lelaki yang mengaku penguasa Biang Peutek ini pintar juga berbicara seperti manusia modern. Aku cukup kagum. Dan aku masih bertanya-tanya dalam hati apakah dirinya termasuk golongan Jin Muslim.

 

“Semakin banyak manusia terseret ke negeri siluman, semakin terhormatlah kedudukan para siluman tersebut. Makanya, isterimu mereka bawa setelah menghabisi para penculiknya.” Tegas penguasa hutan itu.

 

Aku masih bingung ketika tiba-tiba angin bertiup cukup kencang dan aku seperti terlempar kembali ke dalam goa. Dedaunan bagaikan dipermainkan dan pohon-pohon bergesekan menimbulkan bunyi bervariasi yang amat menakutkan.

 

Terdengar pula suara orang tertawa diwarnai nada lagu-lagu sumbang. Kemudian mendadak angin berhenti berembus seperti direkayasa oleh suatu energi gaib. Setelah itu di hadapanku muncul sinar kelabu yang aneh dan unik.

 

Aku melihat dalam hutan belantara itu ramai dengan orang-orang yang bekerja secara terpaksa. Tubuh mereka kurus kerempeng. Meski begitu mereka dipaksa untuk terus bekerja keras, memikul beban berat di bahu masing-masing.

 

Umumnya orang-orang itu telanjang. Cuma menutupi alat kelamin mereka dengan dedaunan. Aku juga menyaksikan, walau di antara para pekerja paksa tersebut banyak yang mengalami luka serius di sekujur tubuh mereka, namun tetap saja bekerja.

 

Ada yang jatuh karena keletihan, bahkan ada yang langsung terkapar mati. Di mana-mana ada kerangka manusia yang berserakan. Dan aku juga melihat tubuh-tubuh rnayat yang membusuk dikerubuti belatung.

 

Pikiranku masih bingung dan cemas ketika mataku menyaksikan sosok-sosok berpenampilan aneh. Sekujur tubuh mereka penuh bulu dan wajah mereka mirip tikus. Mereka mencabik-cabik daging mayat yang terbujur di sana-sini, lalu dengan lahap mereka pun memakannya.

 

Segera kepala kuarahkan ke tempat lain lagi, karena merasa ingin muntah dan mual. Dalam hitungan detik mata kupejamkan dan ketika terbuka perlahan, diriku sudah berada di aula bangunan istana tadi. Dua sosok lelaki bersorban kembali berada di hadapanku.

 

Tanpa ditanya dia segera menjelaskan bahwa yang baru kusaksikan tadi adalah rekaman ulang peristiwa ketika orang Bunian dan Jin Kafir masih berkuasa di Blang Peutek, sebelum dikalahkan bangsan siluman.

 

Mereka memaksa orang-orang nyasar di tempat ini untuk kerja paksa membangun perkampungan yang baru. Para pekerja yang mati, segera disantap dagingnya oleh Jin-jin Kafir.

 

“Meskipun bangsa siluman tersebut berada di bawah kekuasaanku, tapi aku tidak mampu berbuat apa-apa ketika mereka mengangkat isterimu menjadi ratu siluman beberapa waktu isterimu itu kini aman-aman saja. Jadi, isteri di negeri siluman, bahkan berkuasa.”

 

Cukup lama aku termenung atas penjelasan lelaki tersebut.

 

“Apakah aku bisa membujuk isteriku pulang ke rumah kembali?”

 

“Tunggu bentar lagi, kamu akan bertemu dengan isterimu itu. Tapi jangan heran karena penampilannya serta perilakunya sudah berubah, sesuaikan dengan budaya bangsa Siluman!”

 

Bersamaan dengan ucapannya, diriku kembali terlempar ke dalam goa. Dan di mulut goa, berdiri seorang wanita mengenakan pakaian kebesaran penguasa jaman dahulu lengkap dengan mahkota bertahtakan intan berlian di kepalanya. Aku langsung menebak, dia adalah ratu bangsa siluman yang Wajahnya mirip sekali dengan isteriku.

 

Kami sejenak saling bertatap pandang. “Kamu…” Cetusku, tercekat. Aku ingin segera merangkul dan memeluknya guna melepaskan rasa rindu dan haru. Namun niatku itu tidak kusampaikan, karena sang ratu tidak mengenalku.

 

“Kau siapa? Kata penguasa hutan ini, kau ingin berjumpa denganku, dan apa maksud kedatanganmu kemari?” Tanyanya dengan suara datar dan tidak mirip dengan suara isteriku.

 

“Aku mencari seseorang yang menurut kabar berada di Blang Peutek ini,” jawabku terus terang, berpura-pura tidak mengenalnya.

 

“Lelaki atau perempuan?”

 

“Perempuan! Dia adalah isteriku!”

 

Ratu bangsa siluman menatap wajahku dalam-dalam. “Sebaiknya kau pulang saja, mumpung masih ada waktu!” Sarannya. “Karena tidak mungkin isterimu selamat berada di sini!”

 

Tapi nada bicaranya saat itu seperti mengungkapkan rasa keharuan di hatinya. Pada saat bersamaan kedua matanya yang bening nampak berkaca-kaca. Aku melangkah agak mendekat.

 

“Kamu isteriku! Tak salah lagi!” Bisikku kemudian.

 

Cepat dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berupaya bersikap tegar.

 

“Tidak!” Tegasnya. “Kamu salah duga, aku bukan isterimu, aku adalah Ratu bangsa siluman di Blang Peutek!”

 

“Aku yakin kamu adalah isteriku!”

 

Dulu mungkin, tapi sekarang bukan lagi!”

 

Aku coba memeluknya begitu mendengar pengakuan barusan. Tapi dia menghindar.

 

“Jangan sentuh diriku!”

 

Kutatap wanita yang ternyata memang isteriku dan kini telah menjadi Ratu bangsa siluman tersebut dengan perasaan berkecamuk dan nelangsa, sedih dan pilu.

 

“Apa kukatakan,” kata sang ratu kemudian. “Aku bukan isterimu lagi, Dunia kita telah berbeda dibatasi ruang dan waktu!”

 

“Kamu jangan ingkar dengan janji setiamu untuk sehidup semati dengan suamimu, Dan aku hingga saat Ini masih tetap mencintaimu Dan aku datang kemari nekat untuk membawamu pulang. Kita masih merupakan pasangan suami isteri, belum ada kata cerai dari kita berdua!” Kataku memelas.

 

“Hi.. hi… hi..!” Tiba-tiba wajah ratu siluman Itu berubah drastis, terkesan menyeramkan.

 

Pada saat bersamaan tubuhnya penuh ditumbuhi bulu-bulu. Wajahnya nampak sangar, mengerikan. Aku mundur beberapa langkah ke belakang.

 

“Wahai isteriku, jangan coba menakuti dengan cara demikian! Janganlah dirimu mabuk kuasa, karena telah menjadi Ratu siluman!” Ujarku sambil bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk sekalipun.

 

Wajah Ratu siluman yang juga isteriku ini semakin seram dan mengerikan.

 

“Sebaiknya kau segera meninggalkan goa ini sebelum dirimu jadi korban sia-sia!” Ancamnya kemudian.

 

Namun aku terus saja membujuk agar kesadarannya yang telah dipengaruhi makhluk gaib tersebut muncul kembali seperti sediakala.

 

“Kembalilah ke jalan Tuhan, Isteriku! Paling tidak arwahmu kelak damai di sisi-Nya!” Ujarku terbata bata.

 

Isteriku tidak peduli. Dia kembali tertawa terkekeh-kekeh seperti layaknya orang kesetanan. Giginya terdengar gemeretak bagaikan ingin mencabik-cabik tubuhku. Tangannya yang berbulu serta jari-jemarinya yang memiliki kuku-kuku panjang dan runcing itu siap untuk menerkam dan mencakarku.

 

Dalam hati, segera kubaca ayat-ayat suci pengusir setan. Ternyata cukup ampuh, sehingga niat Ratu siluman yang ingin mencakar serta mencabik tubuhku menjadi tertunda.

 

Sementara, dia kembali tertawa terbahakbahak, menggema ke seluruh pelosok dinding goa batu. Suara tawa itu seakan-akan mengguntur sehingga suasana di dalam berubah menjadi gelap-gulita. Bersamaan dengan itu, aroma mistis menyeruak tajam.

 

Sesaat kemudian, bayangan putih kemerahmerahan berkelebat menerjang ke sana-kemari. Aku berupaya terus menghindar dari serangan yang bagai sinar laser tersebut. Batu-batu besar kecil terdengar menggelindIng, menggelegar bunyinya akibat hantaman cahaya putih kemerah-merahan itu.

 

“Enyahlah kau dari sinil Enyahlah sebelum binasa!” Suara ancaman kembali menggema hingga di telingaku.

 

“Tidak! Aku nekad datang kemari untuk menjemputmu! Aku Ingin menyadarkanmu agar terbebas dari pengaruh gaib silumansiluman itu. Aku tidak pernah menyalahkanmu, ini sebuah takdir belaka!” Kataku masih ingin membujuk dan mempengaruhi isteriku.

 

Kata-kataku disambut dengan suara tawa melengking di mana-mana. Suasana dalam goa bagaikan sedang terjadi pertarungan gaib. Senjata rahasia mendesing-desing di seputar telingaku, namun anehnya tidak satupun yang mengenaiku.

 

Artinya, isteriku yang menjadi ratu siluman tidak bermaksud membunuhku. Semacam gertak sambal belaka, agar aku secepatnya pergi.

 

Aku mulai membaca doa terbaik yang masih mampu kuhafal dengan keyakinan hanya dengan ilmu Allah, semua kekuatan gaib akan terkalahkan. Upayaku berhasil bersamaan dengan munculnya matahari pagi di ufuk timur.

 

“Allahu Akbar..!” Aku berseru ketika suasana dalam goa mulai terang.

 

Di dalam nampak dedaunan banyak berserakan pada saat cahaya matahari menyorot masuk. Beberapa langkah di hadapanku terbujur sesosok mayat wanita. Dan ketika kudekati, kupastikan dia adalah isteriku.

 

Rasa sedih dan haru menyelimuti batinku. Kekuatan cinta kami telah mampu menyingkirkan pengaruh gaib diraga isteriku. Meskipun kini dia sudah tidak bernyawa lagi, tetapi semuanya jelas, ini merupakan pertolongan Allah semata.

 

Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, aku menguburkan mayat isteriku secara darurat namun tak lupa melakukan shalat gaib di depan mayatnya sebelum jenazah dikuburkan. Kemudian kupanjatkan doa agar Allah mengampuni semua dosa-dosanya dan menerima arwah isteriku di sisi-Nya.

 

Ringkas cerita, setelah peristiwa Ini aku segera meninggalkan Blang Peutek, pulang ke rumahku di kota Sigli.

 

Dalam perjalanan aku dicegat gerombola GPK yang mulai mengungkapkan dirinya sebagai GAM. Aku ditanya macam-macam oleh mereka, seperti dari mana, hendak kemana, dan apa urusanku.

 

Semula aku dicurigai sebagai mata-mata TNI, tapi setelah aku mampu meyakinkan mereka bahwa aku tidak berpihak ke mana-mana, alas kemudian dilepaskan.

 

Begitu tiba di rumah, aku heran melihat pintu depan terbuka, padahal sebelum berangkat, aku telah menguncinya dengan gembok dari luar. Namun aku terus saya melangkah masuk. Dan aku bertambah heran, ketika menemui isteriku sedang sibuk memasak nasi di dapur. Apakah aku berhatusinasi?

 

Tidak! Aku tidak berhalusinasi, karena isteriku segera menyambut kedatangan dengan rangkulan dan pelukan mesra dan keharuan. Kami berdua saling bertangisan, bersimbuh air mata.

 

Lalu, apa yang telah terjadi sesungguhnya?

 

Misteri itu terungkap ketika isteriku mengatakan bahwa sebelum dirinya ditahan dan diangkat menjadi Ratu Siluman, penguasa Blang Peutek yang berasal dan bangsa Jin Muslim telah menduplikat wujud dirinya.

 

Kembaran atau duplikat isteriku tersebutlah yang telah mati dan kukuburkan, sementara isteriku yang asli diselamatkan oleh lelaka berjubah dan bersurban putih itu. Lalu Jin Muslin itu memulangkannya ke rumah kami dengan kendaraan sejerus burung.

 

Dalam pertemuannya denganku. Jin Muslim itu tidak pernah bercerita secara terus terang. Mungkin penguasa Blang Peutek itu ingin bikin kejutan pada kamu, pasangan suami isteri yang saling mencintai dan menyayangi. Namun lepas dari semuanya, sesungguhnya Allah-lah yang menghendaki semua ini terjadi. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Layanan Kyai Pamungkas: ISTRI YANG DISIA-SIAKAN

KyaiPamungkas

Kisah Kyai Pamungkas: PESUGIHAN BUYUT JIMBUNG

adminsusuk

Kisah Kyai Pamungkas: TERJEBAK NAFSU HANTU

KyaiPamungkas
error: Content is protected !!