Panggonan Wingit:
HARTA KARUN DI GUNUNG EMAS
Kisah adanya gudang harta karun di Gunung Emas sudah penulis dengar cukup lama. Kisah ini penulis dapatkan dari seorang kerabat karib bernama Pak Syarif. Tetapi lantaran kesibukan, kesempatan untuk melakukan penjelajahan belum dapat penulis lakukan…
Pak Syarif menuturkan kepada penulis di bahwa cerita mengenai gudang harta karun berisi emas lantakan dalam jumlah besar diperolehnya dari kerabat isterinya dan warga yang tinggal di lereng gunung tersebut. Cerita-cerita semacam itu sebenarnya bukan sesuatu yang baru bagi penulis. Pada umumnya, cerita tersebut penulis catat secara detail, terutama lokasi cerita yang dimaksudkan sambil menunggu waktu yang tepat untuk mengunjunginya.
Pada 29 Maret 2010 lalu, keimginan ini teralisasi. Pada kesempatan ini, penulis mengajak spiritualis muda bernama Indra Kusuma untuk menemani penjelajahan. Berikut kisah selengkapnya…
Gunung Emas terletak di Desa Candali, Kampung Panimbangan, Kelurahan Candali, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Perjalanan dapat ditempuh sekitar 2 jam dari arah Jakarta. Sebenarnya lokasi tujuan tidak terlampau jauh, tetapi lantaran ada perbaikan di sekitar Jalan Cimanggu Raya, sehingga menimbulkan kemacetan panjang. Perjalanan pun menjadi terhambat.
Selanjutnya penulis melaju melalui Jalan Kemang Kiara. Pada sebuah pertigaan jalan, kendaraan membelok ke arah kiri memasuki Desa Candali yang berjarak 7 kilometer dari pertigaan. Tiba di lokasi tujuan, Pak Syarif memertemukan penulis dengan kakak iparnya bernama Bapak Sukriya dan Aki Rojak. Keduanya tergolong sesepuh warga Desa Candali yang mengetahui secara persis aneka ragam cerita seputar Gunung Emas.
Sambil menikmati kopi pahit di rumah Bapak Sukriya, penulis mengorek kisah mistis gunung tersebut.
Menurut Pak Uking, demikian panggilan akrab Sukriya, areal di sekitar lereng gunung sebenarnya terdapat perkebunan karet yang sangat luas. Pohon karet ini dikelola sejak zaman penjajahan Belanda. Namun demikian, sejak 5 tahun lalu perkebunan karet tersebut sudah tidak ada lagi dan diganti dengan perkebunan kelapa sawit. Sebuah perusahaan swasta nasional dipercaya mengelola perkebunan sawit tersebut.
“Ketika masih terdapat hutan karet, aroma mistisnya sangat kental. Banyak kejadian-kejadian aneh yang dialami warga sekitar. Termasuk para pendatang yang mengunjungi Batu Patapaan,” ujar Pak Uking memulai kisahnya kepada penulis.
Batu Patapaan (pertapaan) terletak di lereng sebelah Timur Gunung Emas. Para pendatang sengaja melakukan tirakat untuk meraih keberuntungan. Terutama mereka yang memburu emas lantakan.
Masih menurut Pak Uking, cerita mengenai keberadaaan emas memang sudah menyebar luas sejak dirinya masih kanak-kanak. Entah darimana datangnya, banyak orang tirakat di batu tersebut. Tetapi sepengetahuannya memang belum pemah terdengar ada yang berhasil mendapatkannya.
“Saya tidak tahu persis, apakah ada yang pernah dapat emas tersebut. Sebab bisa saja ada yang berhasil, tetapi sengaja dirahasiakan,” kilah Pak Uking.
Namun uniknya, kedatangan mereka ke batu tersebut ternyata tidak sekadar memburu emas. Ada diantaranya yang melakukan ritual pesugihan. Mereka sengaja melakukan tirakat hingga beberapa hari guna memeroleh kekayaan.
“Bagaimana mereka memerolehnya?” Tanya penulis.
“Ketika perjudian togel sedang marak, banyak orang yang mengaku mendapat nomor buntut. Mereka yang berhasil biasanya datang kembali ke batu tersebut untuk melakukan ritual yang sama.” Jawab Pak Uking sambil tertawa lebar.
“Tetapi ada pula yang usahanya berhasil. Jadi tidak semua berurusan dengan judi togel,” lanjutnya.
Lebih jauh dikatakan, para pendatang melakukan ritual-ritual tertentu pada batu yang cukup lebar dan datar di bagian atasnya tersebut sambil membawa ubo rampe. Apabila tiba waktu siang hari, mereka sering berkunjung ke rumah warga sekitar. Begitu tiba malam hari, ritual pun dilanjutkan.
Terkenalnya Batu Patapaan ternyata pernah dimanfaatkan seorang paranormal untuk membuka praktek di dekat batu tersebut. Paranormal tersebut mengaku mendapat ilmu yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
“Ketika itu banyak orang yang datang mengunjungi paranormal tersebut agar dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya. Belakangan terbukti, paranormal tersebut seorang penipu yang memanfaatkan kewingitan Batu Patapaan. Aparat keamanan dibantu warga pun menangkap penipu tersebut,” kata Pak Uking.
Saat ini memang banyak paranormal penipu yang menjerat orang-orang yang kadar keimanannya sedang goyah. Terlebih lagi mereka yang sedang dilanda berbagai persoalan pelik dalam hidupnya.
Adapun sosok gaib yang dipercaya menjadi penunggu Batu Patapaan bernama Mbah Saidi. Pria ini bekerja sebagai kepala mandor perkebunan karet di wilayah Gunung Emas. Itulah sebabnya Mbah Saidi kerap dipanggil Mandor Besar.
“Mandor Besar biasanya memakai pakaian serba hitam (baca: pangsi) dan topi laken di kepalanya. Beliau senantiasa mengelilingi areal perkebunan karet menggunakan kuda atau kereta kuda,” kata Pak Uking.
“Saya pemah mendengar suara ringkik kuda di sekitar kebun sawit. Padahal tidak ada kuda di desa ini,” lanjutnya.
Aki Rojak yang duduk disebelah Pak Uking menambahkan bahwa dirinya pun beberapa kali melihat sosok Mandor Besar di sekitar Gunung Emas. Makhluk gaib berpakaian serba hitam itu mengendarai kuda seperti sedang mengawasi sesuatu.
“Saya juga pernah melihat penampakan Mandor Besar. Bahkan suara derap kudanya terdengar jelas di telinga,” kata Aki Rojak.
SINAR MISTERIUS
Asal muasal cerita seputar keberadaan harta karun berisi emas lantakan memang tidak diketahui secara pasti. Diduga cerita tersebut sudah terdengar sejak pertama kali wilayah tersebut dihuni.
“Salah satu cerita masyarakat yang menguatkan adanya emas adalah munculnya sinar misterius dari arah gunung. Sinar berwarna merah kekuningan seringkali memancar persis dari puncak Gunung Emas,” ujar Pak Uking.
“Sejak kecil cerita ini sudah saya dengar. Ternyata kemunculan sinar misterius itu masih terjadi hingga waktu-waktu belakangan ini,” lanjutnya.
Pak Uking mengungkapkan, setiap ada warga yang mengaku melihat sinar tersebut biasanya diceritakan kepada warga lainnya sehingga cerita tersebut cepat menyebar. Kemudian disusul penafsiran beragam. Tetapi pada intinya, sebagian masyarakat meyakini sinar tersebut merupakan isyarat seolaholah penguasa gaib Gunung Emas hendak menunjukkan kepada masyarakat bahwa harta karun tersebut memang benar adanya.
“Saya sendiri pernah melihat kemunculan sinar misterius tersebut. Tetapi saya tidak berani menafsirkannya,” kilahnya.
Meskipun cerita tersebut belum pasti kebenarannya, tetapi keyakinan masyarakat semakin menguat saat sejumlah tim eksplorasi geologi mengadakan pemboran di sekitar Gunung Emas. Satah seorang anggota tim tersebut pernah mengatakan kepada Pak Uking bahwa pengeboran dimaksudkan untuk mencari jalur urat-urat emas pada bebatuan di lokasi tersebut. Jalur urat-urat emas ini akan mengarah pada deposit bijih emas yang lebih besar.
Ketika itu tampaknya tim eksplorasi tersebut memang melihat kemungkinan adanya deposit bijih emas, sebagaimana bijih emas yang terdapat di Gunung Pongkor. Tetapi sayangnya, eksplorasi tersebut dihentikan dan tidak pernah lagi dilanjutkan. Belum jelas alasan penghentian tersebut.
Hal ini sebenarnya lumrah saja. Penulis yang kebetulan berlatar akademis geologi cukup memakluminya. Eksplorasi bahan tambang memang butuh waktu yang tidak sebentar. Namun data-data drilling yang sudah diperoleh tidak dikesampingkan begitu saja, melainkan terus dipelajari. Bilamana dirasakan lokasi tersebut menguntungkan, tentu akan dilakukan pengeboran lanjutan.
Tentu saja terdapat perbedaan antara keyakinan masyarakat tentang harta karun berupa emas lantakan dengan bijih emas yang diburu tim eksplorasi geologi.
AYAM EMAS
Menurut Aki Rojak (80 tahun), keyakinan terhadap keberadaan gudang harta karun berisi emas lantakan, dikarenakan dirinya pemah mengalami peristiwa aneh di sekitar lokasi.
“Peristiwa ini terjadi beberapa tahun lalu Saat itu saya sedang beristirahat di saung pematang sawah di lereng gunung. Tiba-tiba pandangan saya tertuju ke arah seekor ayam hutan yang berada di dekat tempat saya duduk,” kata Aki Rojak.
“Saya melihat jelas bulu-bulu ayam berwarna kuning keemasan. Saya beranjak bangkit sambil mencoba mendekati ayam tersebut. Tetapi ayam itu pergi secara perlahan-lahan, seolah-olah hewan itu menginginkan saya agar terus mengikutinya,” lanjutnya dengan raut serius.
Lebih jauh dikatakan, dirinya mengikun ayam emas tersebut sampai ayam itu menghilang lantaran masuk ke dalam sebuah lobang mirip goa.
“Saat itu saya langsung membabat alang-alang yang menutupi goa tersebut. Ternyata goa itu cukup dalam. Tetapi saya tidak beram memasukinya. Saya khawatir goa-tersebut merupakan sarang ular. Saya tinggalkan begitu saja tempat itu,” ujar Aki Rojak.
Menurutnya, pada saat pulang dirinya melihat sebuah batu berukuran besar. Jaraknya sekitar 300 meter dari goa tersebut. Tinggi batu berukuran 1,5 meter, panjang 1 meter. Sepintas tidak ada yang aneh dengan batu besar tersebut.
“Saya hanya merasa heran, mengapa setelah melihat ayam emas, tiba-tiba saya berjalan pulang melewati batu besar tersebut,” katanya. Selanjutnya dikatakan bahwa dirinya mulai tertarik mengamati batu besar itu justru setelah anaknya mengalami peristiwa aneh dekat batu besar itu.
GUDANG HARTA KARUN
Aki Rojak mengisahkan, saat itu anaknya yang bemama Rahmat sedang berburu hewan di lereng Gunung Emas. Ketika merasa lelah, Rahmat beristirahat di rerumputan yang berjarak sekitar 100 meter dari lokasi batu besar.
Sesaat setelah merebahkan tubuhnya, Rahmat merasa didatangi sesosok makhluk yang memberikan sebuah kunci gembok sambil berkata, “silahkan buka gudang itu, ini kuncinya.” Sambil menunjuk ke arah batu besar.
Antara sadar dan tidak, Rahmat bangkit dan berjalan ke arah batu besar. Seketika dia terkejut melihat batu besar itu seolah-olah berubah menjadi semacam bangunan gudang bawah tanah. Sementara sekelilingnya mirip kantor administrasi.
Rahmat berdiri persis di depan pintu gudang yang berupa teralis besi. Dia pun melihat ke arah dalam gudang. Dia terkejut melihat tumpukan emas batangan dalam jumlah besar. Emas tersebut berada dalam ruang-ruang berteralis besi mirip penjara. Pada setiap pintu ruangan itu diikat dengan rantai besi dan gembok berukuran besar.
“Apakah ini gudang harta karun?” Pikir Rahmat melihat keanehan itu. Dirinya merasa heran melihat tumpukan emas berserakan di dalam gudang tersebut. Udara tampak pengap dan penuh debu. Tetapi belum sempat berpikir panjang, Rahmat merasakan kantuk yang membuatnya tertidur.
Ketika bangun, Rahmat sudah berada di depan batu besar. Seolah-olah dia berjalan dari tempat tidurnya semula. Seketika muncul rasa takut, dia pun langsung berlari pulang dan menceritakan kejadian ini kepada ayahnya, Aki Rojak.
Keesokan harinya, Aki Rojak dan Rahmat mendatangi lokasi batu besar itu. Tetapi yang dilihatnya hanya batu besar dan bukan gudang harta karun berisi emas lantakan.
“Saya yakin batu besar ini sebenarnya merupakan pintu masuk gudang emas,” kata Aki Rojak dengan raut meyakinkan.
Sejak itu dirinya kerap mendatangi lokasi batu besar. Ketika mencari kayu bakar atau berburu hewan, Aki Rojak selalu menyempatkan diri mengamati batu besar itu. Tetapi pengalaman yang menimpa anaknya tidak pemah dialaminya. Batu besar tetaplah batu besar dan tidak berubah menjadi gudang emas.
Meskipun begitu, Aki Rojak sempat pula mengalami kejadian aneh tidak jauh dari lokasi batu besar.
“Saya pernah melihat seekor harimau berada sekitar 3 meter di depan saya,” kenang Aki Rojak.
“Badan saya terasa kaku melihat hewan buas itu. Saya pasrah saja jika hewan itu memangsa saya. Tetapi anehnya, harimau itu hanya menatap saya, lalu pergi begitu saja,” katanya lagi.
Apakah harimau itu wujud lain dari makhluk gaib pemegang kunci gudang? Entahlah.
MISTERI HAJI PURGA
Bagi masyarakat Desa Candali, nama Haji Purga dikenal sebagai sosok yang pertama kali menghuni desa tersebut sekitar seratus tahun lalu. Dengan kata lain, Haji Purga lah yang pertama membabat hutan untuk kemudian dijadikan hunian manusia.
Meskipun tidak diketahui secara pasti asal usulnya, tetapi sebagian masyarakat percaya Haji Purga berasal dari Banten.
“Orang tua kami bercerita bahwa Haji Purga berasal dari Kulon (sebutan untuk Banten), Mereka juga bercerita bahwa Gunung Emas di desa ini merupakan bagian ekor dari rangkaian Gunung Emas yang berada di wilayah Banten,” kata Aki Rojak.
Sebagaimana diketahui, dekat daerah Malingping di wilayah Banten, terdapat pula sebuah gunung yang juga diberi nama Gunung Emas, Apakah kedua gunung bemama sama ini memiliki alur cerita yang berkaitan, belum dapat penulis telusuri lebih jauh.
Konon pula Haji Purga yang memberikan nama Gunung Emas di desa Candali. Jika memang benar, belum diketahui secara pasti alasannya. Hanya saja muncul pula dugaan bahwa pemilik gudang harta karun berisi emas itu adalah Haji Purga.
“Pada saat anak saya menerima kunci gembok gudang harta karun itu memang sempat terbersit pikiran bahwa yang memberikan kunci tersebut adalah sosok gaib Haji Purga,” kata Aki Rojak.
Tetapi tampaknya dugaan harta karun itu milik Haji Purga tidak sepenuhnya benar. Sebab ada pula versi cerita yang berbeda.
MIMPI ANEH
Kisah dugaan adanya gudang harta karun juga dituturkan isteri Pak Uking. Ibu rumah tangga ini mengatakan bahwa dirinya penah mimpi bertemu sosok perempuan cantik yang menyuruhnya melihat areal perkebunan sawit.
“Ketika melihat areal perkebunan itu, saya terkejut saat mengetahui seluruh areal itu ternyata penuh dengan tumpukan emas,” kata isteri Pak Uking.
“Perempuan gaib itu mengaku benama Nyi Ratu Dewi.Dia mengatakan bahwa saya memiliki bagian waris dari emas yang ada,” lanjutnya.
Lebih jauh dikatakan, setelah melihatlihat emas bersama perempuan gaib itu, dirinya disuruh pulang kembali ke rumahnya. Perempuan gaib itu sempat memberi nama baru untuk dirinya sambil berpesan agar mau mengambil sesuatu yang berada di bawah tempat tidur.
“Saat tiba di rumah, saya tidak berani mengikuti perintah perempuan itu. Saya langsung berbaring di tempat tidur. Kemudian saya terbangun dari tidur,” katanya.
Menurutnya, sosok Nyi Ratu Dewi masih sering menjumpanya dalam mimpi. Salah satu perkataan Nyi Ratu Dewi yang masih diingatnya adalah bahwa harta karun emas itu mibknya. Sedangkan Mandor Besar adalah pegawainya yang ditugaskan sebagai penjaga gudang tersebut.
GANGGUAN GAIB
Kisah gudang harta karun berisi emas lantakan memang membangkitkan minat penulis untuk melihat langsung lokasi yang dimaksud. Tentu saja percuma penulis datang jauh-jauh hanya mengumpulkan cerita tanpa melihat seperti apakah batu besar yang diduga gudang harta karun itu.
“Tolong antarkan saya ke batu besar tersebut,” pinta penulis kepada Aki Rojak. Tentu saja penulis mengajukan permintaan itu dengan kata-kata halus seperti merajuk.
Pria tua itu tampak mengernyitkan keningnya. Seolah-olah ada rasa kekhawatiran memenuhi keinginan penulis. Maklumlah, lokasi yang dimaksud memang terkenal wingit. Aroma mistiknya masih kental. Apalagi pernah terjadi peristiwa kesurupan yang menimpa para pekerja perkebunan kelapa sawit di lokasi tersebut.
Sejauh ini yang cukup dikenal memang hanya Batu Patapaan. Sedangkan batu besar yang diduga gudang harta karun tidak banyak yang mengetahui kisahnya. Itulah sebabnya tidak ada orang yang mencoba melakukan ritual dekat batu besar. Semuanya tertuju ke Batu Patapaan.
“Untuk apa melihatnya?” Tanya Aki Rojak. Nada suaranya menunjukkan keraguan memenuhi keinginan penulis.
“Saya hanya ingin mengambil gambar batu besar tersebut. Jika memungkinkan, saya juga hendak memotret Batu Patapaan dan goa,” Jawab penulis meyakinkan.
Aki Rojak tampak diam memikirkan sesuatu. Sementara Pak Uking memerhatikannya. Suasana ini sedikit mencair saat Indra Kusuma mencoba meyakinkan mereka.
“Insya Allah tidak akan terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan. Kami datang dengan niat baik hendak menulis cerita daerah ini dan tidak bermaksud membongkar gudang emas itu,” ujar Indra Kusuma sedikit bemada gurau. Tentu saja spiritualis muda yang menemani penulis ini telah melakukan kontak batin dengan penghuni gaib yang ada.
Sekitar pukul 13.00 WIB, Misteri bersama Indra Kusuma, Pak Syarif, Pak Uking dan Aki Rojak memulai pendakian di Gunung Emas. Kami berjalan melewati areal perkebunan kelapa sawit. Dalam amatan Misteri, Gunung Emas sebenarnya lebih tepat disebut perbukitan daripada gunung. Namun masyarakat terlanjur akrab menyebutnya gunung.
Beberapa saat kemudian. langkah kami semakin dekat dengan batu besar yang dimaksud. Penulis pun mengeluarkan kamera digital yang berada di dalam tas. Sekatar 20 meter dari batu besar, penulis meminta agar Indra, Pak Uking, Pak Syarif dan Ai Royak berdiri berjajar dengan latar belakang batu besar.
Entah kenapa. tiba-tiba saja kepala penulis mendadak pening dan tubuh terasa lemas. Penulis sempat mengambil gambar 2 kali sebelum akhirnya terduduk lemas dan diserang rasa kantuk luar biasa.
Pada saat itu penulis masih sempat mendengar Aki Rojak berkata setengah berteriak,” jangan istirahat di situ. Itu kantor mereka.”
Saat itu juga Pak Syarif dan Indra Kusuma mendekati penulis. Pak Syarif menggamit lengan penulis berupaya memapah tubuh penulis yang terasa lemas. Sementara Indra Kusuma mengambil kamera untuk melanjutkan melakukan pemotretan batu besar dan goa tempat ayam berbulu emas yang pemah dilihat Aki Rojak. Kedua lokasi itu berjarak kurang lebih 500 meter di tepi jurang curam.
Sekitar 100 meter dari batu besar, penulis merebahkan tubuh di rerumputan. Pak Syarif yang menemani penulis tampak mulutnya komat kamit membaca zikir.
Inilah pengalaman pertama penulis mengalami gangguan gaib yang cukup mengganggu. Betapa tidak, rencana pemotretan di lokasi Batu Patapaan yang masih berjarak sekitar 4 kilometer dan batu besar terpaksa dibatalkan. Beruntung saat itu Indra mengambil alih mengambil gambar goa.
Belakangan penulis mengetahui, tempat penulis mengambil gambar batu besar tersebut merupakan tempat dimana Rahmat mengalami penstiwa aneh menerima kunci gudang harta karun. Sedangkan Aki Rojak menyebut lokasi itu kantor lantaran cerita anaknya yang melihat lokasi itu seolah-olah penuh dengan seperangkat meja, kursi dan alat tulis layaknya sebuah kantor administrasi.
SOSOK GAIB MANDOR BESAR
Sebagian besar masyarakat Desa Candali memercayai bahwa sosok gaib yang menguasai Gunung Emas bernama Mbah Saidi. Kisah seputar sosok Sang Mandor Besar dituturkan pria yang ai dipanggil Dullah. Perawakan Mbah Saidi memang sesuai dengan tubuhnya yang tinggi besar.
“Dia dikenal berwatak keras dan tegas. Mungkin dari itulah yang membuat Pemerintah Kolonial mengangkatnya sebagai kepala mandor,” kata Dul.
Meskipun Mandor Besar berwatak keras dan tegas, tetapi dia dikenal jujur dan baik hati terhadap bawahan dan pekerja penyadap karet. Ternyata sikapnya ini juga disukai pihak perusahaan yang berdarah Belanda. Begitu percayanya pihak perusahaan.
“Mandor Besar ini diserahi pula tanggung jawab menjaga sebuah gudang yang berisi barang-barang pribadi orang-orang Belanda tersebut. Dengan kata lain, mandor besar tidak hanya bertugas mengawasi peningkatan produksi perkebunan karet, tetapi juga gudang rahasia milik perusahaan.
“Tidak ada yang tahu pasti isi gudang tersebut. Tetapi cerita yang saya dengar gudang itu menyimpan emas lantakan dalam jumlah yang besar,” kata Dul dengan raut meyakinkan.
Menurut cerita yang didengarnya, emas batangan tersebut dihasilkan dari dikarena pertambangan emas yang dikelola Pemerintah Belanda. Selanjutnya emas tersebut disimpan dalam gudang rahasia di Gunung Emas. Tetapi tidak jelas, apakah emas tersebut disimpan secara regmi ataukah emas tersebut hasil korupsi oknum-oknum pegawai Belanda yang mencuri emas tersebut dari perusahaan pertambangan. Namun yang pasti, sosok mandor besar lah yang dipercaya menjaga gudang emas itu.
Memang terdapat perbedaan antara cerita Aki Rojak, isteri Pak Uking dan Dullah menyangkut siapa sesungguhnya pemilik harta karun emas tersebut. Begitu pula mengenai sosok Nyi Ratu Dewi. Apakah perempuan yang mengaku atasan mandor besar ini masih berdarah Belanda? Lalu siapakah Haji Purga? Tampaknya belum ada jawaban pasti.
Dengan kata lain, harta karun emas lantakan di Gunung Emas tampaknya masih akan tetap menjadi misteri hingga kini. Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)