Cerita Featured Kisah Kyai Pamungkas Uncategorised Uncategorized

Kisah Kyai Pamungkas: ILMU KLENIK TAHANAN NARKOBA

Kisah Kyai Pamungkas:

ILMU KLENIK TAHANAN NARKOBA

 

Karena dianggap berbahaya, maka aku dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Besi, Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tangah. Sementara sebelum ini, aku menghuni Lapas Narkotika Cipinang. Entah apa pertimbangan Departemen Kumham, lima orang anak binaan Cipinang dipindahkan ke penjara yang paling seram di Indonesia ini. Sebagai terdakwa pengedar besar, maka aku dijatuhi hukuman 20 tahun penjara oleh Pengadilan Jakarta Barat…

 

Setelah mempunyai kekuatan hukum tetap di Mahkamah Agung, maka aku tidak menempuh jalur hukum lain. Kepada pengacaraku, aku meminta untuk tidak usah meminta keringanan hukuman seperti pemotongan hukuman ke Mahkamah Agung, apalagi minta grasi kepada presiden. Aku ikhlas menjalani hukuman 20 tahun itu dan akan menjalani masa hukuman tersebut dengan baik.

 

Pengacara tangguhku telah berusaha dengan gigih menyelamatkan aku dari semua hukuman selama ini. Tetapi karena memang terungkap bukti-bukti material tentang sindikasi kartel narkoba ku, maka aku tidak bisa diselamatkan oleh jerat hukuman maksimal. Namun, tuntutan Jaksa Penuntut Umum (PU) yang seumur hidup, bisa disiasati pengacaraku sehingga hakim memutuskan 20 tahun penjara potong tahanan.

 

“Seharusnya, karena dianggap berbahaya bagi kemanusiaan, maka kau seharusnya dijatuhi vonis hukuman seumur hidup. Tapi, karena kelihaian aku, ini Ilham Suprayogi SH, maka engkau hanya dijatuhi hukuman 20 tahun penjara saja, lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum JPU yang menuntut kau hukuman seumur hidup dan hukuman mati,” terang Suprayogi, kepadaku, membanggakan dirinya. Aku hanya tersenyum dan tertawa kecil. Batinku, yang hebat itu aku. Karena uangku yang banyak, maka kemampuan itu bisa aku beli dan aku bayar.

 

Memang, Ilham Suprayogi sangat getol, gigih dan tangguh dalam melakukan pembelaan kepadaku. Maka itulah, aku yang harusnya menerima hukuman mati, hanya menerima vonis hukuman dua puluh tahun. Karena kelihaian itu, maka aku membayar mahal Ilham Suprayogi, dengan bayaran total Rp 400 milyar.

 

Maka itu, Ilham Suprayogi mampu membeli lima mobil mewah, Jaguar, Lamborgini, Limousin, BMW seri tujuh, Mercy Sport dan Volvo Lion. Rumahnya pun, ada lima unit di daerah elite, harga satu rumahnya, 30 milyar lebih. Belum kapal pesiar, yacht dan villa serta bungalow cantik di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.

 

Pengacara Henry Susilo Wongso, sebutlah begitu, pemimpim LSM Anti Narkoba mengecam keras di media. Kecamannya itu langsung menuding Ilham Suprayogi sebagai pengacara biadab, lawyer yang membabi buta membela pengedar yang biadab pula. Aku dikatakan Hendry Susilo sebagai hewan kotor yang sangat berbahaya bagi kemanusiaan, terutama buat generasi muda. Hendry adalah salah seorang pengacara kondang yang mengalami kesedihan akibat bebasnya peredaran barang yang dianggapnya haram ini.

 

Salah seorang anak lelaki kesayangannya, meninggal karena over dosis, OD. Anaknya sangat ketergantungan dan akhirnya meninggal karena narkotika jenis sabu, heroin dan kokain. Maka itu Hendry menjadi marah dan dendam kepada pengedar, apalagi seperti pebisnis narkotika kelas kakap seperti aku ini.

 

Sebagai pengedar, aku diserang habis oleh Hendry. Begitu pula dengan Ilham Suprayogi pengacaraku. Namun, kami memasang aksi tutup kuping akan serangan bertubi-tubi itu. Bahkan, hakim yang menjatuhkan hukuman dua puluh tahun untukku, juga diserang oleh Hendry. Dikatakannya, vonis 20 tahun itu tidak adil, dan sepantasnyalah, aku dihukum mati. Setiap hari Hendry berbicara ditelevisi . mengecam keputusan itu dan mendesak agar aku tetap dihukum mati.

 

“Buat apa orang yang tega merusak generasi muda anak bangsa ini, jangan sampai dibiarkan hidup. Bahkan yang lebih gila, dia mampu menggerakkan bisnis haramnya di batik terali besi. Bagaimana dia bisa berhubungan dengan mitra bisnisnya di luar negeri dengan menggunakan handphone. Padahal telpon apapun tidak boleh dimiliki oleh narapidana manapun. Bahkan, area yang dibuat blank spot, dihidupkan lagi oleh biadab itu dengan membeli peralatan penangkap signal dengan harga mahal dari Amerika Serikat,” teriak Hendry, sangat keras, mengarah kepadaku dan Ilham Suprayogi, pengacaraku. Ilham hanya tertawa terpingkal-pinggal mendengar ocehan Hendry itu. Bahkan dia berkata bulsit. kepada teman sejawatnya sesama lawyer tersebut.

 

Kini aku sudah berada di lembaga pemasyarakatan LP Besi, Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tangah. Sebuah Lembaga Pemasyarakatan yang paling sadis, yang tidak akan mungkin bisa kabur melarikan diri dari sini. Penjara di tengah pulau, yang dikelilingi oleh laut selatan yang ganas. Selain air Samudera Hindia yang berombak besar, di sekeliling lembaga juga banyak karang-karang tajam yang mematikan siapapun bila terjun dari dinding atas tembok penjara yang berkawat.

 

“Mana mungkin bisa kabur?” kata Tonny Dulmanek, seorang tahanan yang lebih dulu berada di Besi, LP Nusa Kambangan, karena kasus yang sarna denganku, pengedar narkoba yang tertangkap. Tonny tertangkap di diskotik Jalan Gajahmada, Jakarta Barat saat menyimpan barang bukti sepuluh ons kokain dan heroin.

 

“Aku akan membuktikan kepadamu bahwa aku bisa mengelabui sipir penjara ini dan aku akan berada di Pulau Chrismas, Australia, dalam waktu 45 menit. Percaya tidak?” cetusku. Tonny menggeleng.

 

Dia mengabaikan keteranganku ini dan menganggap aku dengan enteng. “Aku tidak yakin dan tidak percaya. Kecuali, dengan uangmu, kau menyewa helikopter dan terbang dari LP ini menuju pulau judi Christmas Island di Australia itu,” tandas Tonny, sinis.

 

Aku terpingkal-pingkal menanggapi ketidak yakinan Tonny itu. Kuterangkan kepadanya bahwa di Indonesia ini banyak ilmu gaib yang dapat dipelajari. Ilmu gaib yang tidak akan dikuasai oleh bangsa Amerika dan bangsa-bangsa negara maju yang lain. Ada ilmu terbang yang dinamakan Suwanggi di Pulau Sangihe Talaud, Sulawesi Utara. Ada Ilmu Tampik Angin di Sumatera Selatan yang digunakan bandit-bandit Kayuagung di luar negeri. Ada Panjat Cicak di Banten, ada Ilmu Cumi-cumi di Pulau Ternate dan banyak lagi ilmu gaib yang bisa dipelajari di negeri ini. Keteranganku ini, tetap tidak membuat Tonny menjadi percaya kepadaku.

 

“Aku tidak pernah yakin akan adanya ilmu gaib semacam itu. Mana mungkin?” tukas Tonny, yang akhirnya membuat aku berusaha membuktikan hal itu kepadanya. Tonny bahkan menantangku sambil berkata.

 

“Bila kau bisa membuktikan sedikit saja bahwa kau bisa terbang, aku akan sujud di kakimu dan aku akan menghargaimu sebagi maha guru di LP ini,” kata Tonny.

 

“Baiklah, nanti malam, tepat pukul 24.00, aku akan keluar dari kamar tahananku dan kau harus perhatikan dari terali kamarmu, bahwa aku akan terbang beberapa puluh meter ke udara tanpa dilihat oleh sipir. Aku tidak akan langsung terbang ke Samudera Hindia, aku akan kembali lagi ke LP ke kamarku. Aku akan terbang ke Australia pada malam jumat kliwon, malam jumat keramat karena saat malam wingit itulah aku mampu terbang jauh,” Imbuhku.

 

Malam harinya, malam Selasa, pukul 24.00 tengah malam, aku keluar kamar tanpa diketahui oleh sipir. Tonny mengintip dari balik terali kamarnya, melongo keluar dan melambaikan tangan kepadaku. Aku membalas lambaiannya itu sambil tersenyum. Batinku, Tonny benar-benar ingin membuktikan kemampuanku, penasaran, yang selama ini dianggapnya enteng karena dia tidak yakin juga tidak percaya.

 

Beberapa saat aku berdiri, aku lalu duduk sila dan aku bermeditasi. Aku duduk sila seperti patung mati di lantai halaman luar LP Besi selama hampir dua puluh menit. Aku berkonsentrasi sambil membaca mantra-mantra sakti mandraguna linuwih yang aku pelajari dari mahaguru supramistik Kanjeng Budiman Marhanaf di Sangir Talaud, Sulawesi Utara.

 

Setelah total konsentrasi dan mantra habis aku baca, pelan-pelan tubuhku terangkat ke udara dan tanganku berubah menjadi seperti sayap. Aku mengepakkan tanganku dan terbang ke angkasa, ke luar halaman lembaga pemasyarakatan menuju langit. Aku melihat Tonny melongo di balik Jeruji besi dan mengamati aku terbang seperti burung. Setelah berputar-putar di atas laut Cilacap, aku kembali turun ke LP Besi dan singgah pas di depan muka Tonny yang sedang terheran-heran.

 

Setelah mengecilkan badanku, aku masuk melalui sela-sela jeruji besi dan mendekati Tonny. Tonny langsung menyeruduk aku, memeluk tubuhku lalu mencium kakiku.

 

“Sekarang aku percaya bahwa kau mempunyai ilmu terbang dan aku telah yakin bahwa ilmu gaib itu ada di bumi ini. Sekarang aku nyatakan bahwa aku adalah muridmu dan kau adalah maha guru sakti mandraguna,” sorong Tonny, menggebu-gebu kepadaku.

 

“Yang membuatku bingung, mengapa kau tertangkap aparat? Sementara ilmu gaib mu begitu tinggi? Kau bisa mengecilkan dirimu, kau bisa terbang, mengapa tidak bisa luput dari kepolisian dan tahanan yang berwajib?” tanya Tonny, beruntun. Dengan santai aku menjawab dia.

 

“Tonny, semua ilmu gaib itu membutuhkan tumbal. Tertangkap dan ditahan itu adalah tumbalku yang harus aku jalani. Ilmuku akan musnah bila aku tidak pernah tertangkap dan disiksa,” terangku, singkat.

 

“Jadi, kau sengaja memilih menyerahkan diri saat digrebek petugas BNN dan tertangkap dengan barang bukti pabrik ekstasi di rumahmu di Jakarta itu?” tanya Tonny. Setelah aku mengangguk, Tonny sekali lagi memeluk aku dan dia menyatakan mau belajar serius ilmu terbang yang aku miliki.

 

Keesokan harinya, Rabu malam, Tonny kuajari mantra-mantra Ilmu Terbang. Dia mencatat semua mantra itu berikut tata cara ritual untuk melakukan ilmu tersebut. Setelah tiga bulan secara intensif menghafal mantra berikut tata cara, Tonny pun aku ajak melakukan terbang percobaan dan berhasil.

 

“Kau telah lulus dan siap terbang,” kataku.

 

Malam itu juga, Tonny aku beri ijazah dan tanda kelulusan. Tonny lalu menerimanya ijazah ilmu linuwih itu dengan tanda tangan darah. Aku bertukar darah dengan Tonny di kulit tangan kanan, lalu kami berikrar sebagai saudara kandung dalam perguruan ilmu dan ikrar pula untuk merahasiakan ilmu itu kepada siapapun, termasuk kepada istri, anak-anak dan. keluarga besarnya di Jakarta.

 

Setelah menunggu beberapa hari, tibalah malam Jumat Kliwon, tanggal 1 Februari 2011. Hari itu, tengah malam pukul 24.00, kami harus terbang ke Pulau Chrismast, Australia dan berjudi di sana. Pulau ini adalah pulau yang melegalkan perjudian dan aku sangat hobby bermain judi. Aku gila bermain bakarat, jackpot dan bola boneka. Bukan menang yang aku cari, tetapi girang, senang hati dan nyaman. Hanya sebagai hiburan melepaskan penat dan lelah selama dalam penjara

 

“Jadi kita terbang secara gaib ke Pulau Chrismast hanya untuk berjudi? Bukan untuk kabur melarikan diri dari penjara untuk selamanya?” tanya Tonny.

 

“Bila mau kabur selamanya, sangat mudah Tonny, kita bisa melakukannya. Tetapi ilmu kita tidak diperbolehkan oleh ilmu kita untuk kabur, ilmu gaib kita tidak memperkenankan kita melarikan diri dari hukuman. Kita harus.tetap patuh selama dihukum di dalam penjara. Kita harus menghabisi masa tahanan kita secara normal sebagaimana tahanan yang lain,” ungkapku, yang disambut anggukan kepala oleh Tonny.

 

Malam itu, pukul 01.45 kami terbang bagaikan burung dari LP Batu, Nusa Kambangan menuju selatan. Udara malam itu sangat dingin di atas Samudera Hindia dan kami berdua memakai jaket tebal. Malam sangat gelap dan mata kami merabaraba arah terbang kami menuju selatan dengan miring kebarat daya.

 

Tonny memegang satu kompas dan aku juga memegang satu kompas yang kami kalungkan di leher bagaikan kalung perhiasan. Kompas kecil itu menjadi penunjuk arah, di mana posisi Pulau Chrismast yang dulunya milik Amerika Serikat itu. Pulau yang kini dipunyai negara Australia itu, terlihat setelah kami terbang mengawang selama 45 menit dengan kecepatan 500 kilometer per-jam. Kecepatan terbang yang mendekati kecepatan pesawat itu, membuat tubuh semakin dingin dan rambut terasa copot dan tulang belulang seperti patah semua.

 

Pukul 02.15 dinihari, kami Janding di Pulau Chrismast. Aku dan Tonny turun di Central District dan kami langsung mencari ATM di Meryl Hanna Street, Bang Bang, untuk mengambil uang simpananku di Local City Bank. Kartuku aku keluarkan dari saku dan aku mengambil uang dolar Amerika dalam jumlah besar dan memasukkannya ke dalam jaketku dan jaket Tonny.

 

Kami berdua masuk Casino Holligan Hill dan suasana masih sangat ramai. Tempat perjudian internasional itu tidak pernah tutup dan tidak pernah sepi dari pengunjung. Aku menempatkan Tonny di gerai jackpot dan permainan itu sangat mudah dilakukan olehnya sebagai penjudi pemula. Sedangkan aku, main bola bakarat, di meja bakarat yang menggunakan bola kayu. Semua berteriak saat aku going on dan kami bergembira malam itu.

 

Namun, sudah aku duga, aku kalah besar dan Tonny pun kalah besar. Uang kami habis semua dan malam itu satu juta dolar Amerika ludes di meja perjudian. Besoknya, aku mengambil uang lagi untuk kami nyantai ke panti pijit, mandi sauna dan menyewa teman kencan di karaoke. Malam harinya, kami terbang lagi ke Cilcap pukul 24.00 ke Indonesia. Kami mengarah ke Cilacap dan kembali ke LP Nusa Kambangan. Sipir yang tadinya heboh kehilangan kami berdua, jadi tertawa karena petugas yang jaga tidak jadi ditindak. Jika kami hilang, kabur, dia pasti dipecat dan terkena hukuman. Karena kami bedua dilihat masih ada, mereka pun tersenyum.

 

“Tapi di mana dan ke mana kalian, kok waktu diabsen tidak ada dan membuat heboh?” kata Syukri Hasan, sipir yang ketakutan karena terancam pemecatan itu.

 

“Saya hanya menjawab, bahwa kami tetap ada di situ dan mendengar nama kami berdua dipanggil. Cuma karena lagi sakit perut, mules, kami. berdua berada di kamar mandi,” kataku, yang disambut gelengan kepala oleh Syukri Hasan.

 

Kini, tahun 2013 ini, sudah 23 kali aku dan Tonny terbang bolak balik ke Pulau Chrismast bermain judi. Selama itu pula, tidak ada satupun sipir yang mengendus kepergian kami itu. Pengacaraku, Ilham Suprayogi S.H kembali datang mengunjungiku ke LP dan mengajukan usul agar aku meminta keringanan hukum ke mahkamah agung.

 

Kembali aku katakan kepada Ilham Suprayogi S.H, bahwa aku tidak akan mengemis keringanan hukuaman itu. Soal membayar, aku mampu bayar, tetapi aku tidak akan mau melakukannya. Namun, walau upaya hukum itu tidak aku minta, namun aku tetap membayar pengacaraku ini di luar kontrak. Berapa pun dia minta, aku memberikan uang untuknya.

 

Aku sangat berbahagia di dalam lembaga ini, karena aku berbeda dengan tahanan lain. Aku dan Tonny menikmati kehidupan hukuman itu dalam pejara angker itu, karena kami berdua mempunyai ilmu linuwih, ilmu supramsitika yang jarang dimiliki oleh orang kebanyakan. Pengacaraku yang membantu aku selama bertahun-tahun pun, tidak tahu bahwa bisa menikmati selama hukumanku di LP dengan ilmu Saktimandraguna Linuwih. Ilmu terbang yang aku katakan Ilmu Suwanggih yang aku dapatkan dari Sangir Talaud, Sulawesi Utara. (Kisah ini dialami Ferdy M, untuk penulis). Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: susuk.online
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)


Related posts

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: Pikir Urusan Anda Sendiri

KyaiPamungkas

Ngaji Psikologi Bersama Kyai Pamungkas: REJEKI BUKAN SEKADAR MATERI

KyaiPamungkas

Ijazah Kyai Pamungkas: Ilmu Perangsang Lawan Jenis, Silahkan Diamalkan

adminruqyah
error: Content is protected !!